Liputan6.com, Jakarta - Gim (game) digital dinilai sebagai produk budaya universal yang efektif menyatukan pelbagai perbedaan, terutama antara negara maju dengan negara berkembang.
Christel Mahnke, Regional Head of Information & Library Departement South East Asia/Australia/New Zealand Goethe Institut, mengatakan, budaya dan sistem negara Jerman terkenal disiplin, mapan, dan teguh.
Di sisi lain, sejumlah negara berkembang yang menjadi mitra kerja samanya, seperti Indonesia dan Brasil, identik dengan budaya informalitas, cair, dan tidak memiliki sistem terlalu serius.
"Jerman yang disiplin dan mapan bertemu budaya Indonesia yang banyak mainnya, itulah pentingnya pertukaran budaya melalui gim digital," ujar Mahnke kepada Tekno Liputan6.com seusai workshop gim hasil kerja sama Goethe-Institut Indonesien, Kementerian Luar Negeri Jerman, Stiftung Digitale Spielkultur, dan Asosiasi Game Indonesia di Goethe Institut Bandung, Jumat (5/8/2016).
Karena itulah, tersebab dianggap efektif, kerja sama ini sudah berjalan sejak 2015. Tahun lalu, melalui program bertajuk "Game Mixer", 11 pengembang gim asal Jerman dan 10 pengembang gim asal Indonesia bertemu untuk saling berbagi informasi, pengalaman serta bekerja sama.
Tahun ini, kata Mahnke, dengan mengusung tema "Ayo Jerman", kegiatan di program ini meliputi seleksi terbuka bagi para studio pengembang gim Indonesia dan Jerman yang selanjutnya menghasilkan gim buatan bersama.
Hasil program tahun lalu adalah pengiriman dua pengembang gim Indonesia, yaitu Steven Aang dan Michael Elwin Setiadi yang akan berpartisipasi di ajang Gamescom di Köln, 17 s.d. 21 Agustus 2016.
"Untuk hasil program tahun ini, kami akan pamerkan dalam kegiatan pada Februari 2017 di Jerman. Selanjutnya akan kami rilis resmi di Play Store pada Maret tahun depan," tutur Mahnke melanjutkan.
Mahnke menjelaskan, pihaknya menerapkan pola hampir serupa di Brasil dengan efektivitas tak jauh berbeda. Karena itu, program ini akan terus dikembangkan ke depan dalam skala lebih massif. Misalnya, pertukaran pelajar/mahasiswa/dosen terkait gim dalam jangka lama. Sekalipun belum ditetapkan, opsi pertukaran tersebut sangat mungkin karena ekosistem kedua negara sudah memungkinkan.
(Msu/Why)
Goethe Institut: Gim Digital Efektif Menyatukan Perbedaan
Gim (game) digital dinilai sebagai produk budaya universal yang efektif menyatukan pelbagai perbedaan
diperbarui 07 Agu 2016, 11:09 WIBChristel Mahnke, Regional Head of Information & Library Departement South East Asia, Australia, New Zealand, Goethe Institut. Liputan6.com/Muhammad Sufyan Abdurrahman
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Tiktokers Sukabumi Gunawan Sadbor Jadi Tersangka Promosi Judi Online, Langsung Ditahan
Geledah Kantor PT Lampung Energi Berjaya, Kejati Amankan Rp2,17 Miliar
Tragis, Ibu dan 2 Anaknya Meninggal Dunia Setelah Nekat Melompat ke Air Terjun Niagara
Ternyata Sunan Giri Pernah Diajak Duel Begawan Mintu Semeru, Ini yang Terjadi
Momen Prabowo Minta Maaf Lupa Sapa Ketum PBNU: Nanti Sekretaris Menghadap Saya
Pemerasan di Pringsewu, Anggota LSM Mengaku Wartawan Ditangkap Polisi
Yang Terjadi saat Wali Diragukan Masuk Surga karena Mengajar Matematika oleh Muridnya, Diceritakan Gus Baha
Top 3 Islami: Gus Baha Ungkap Keistimewaan Wirid Ayat Terakhir Al-Baqarah yang Merupakan Hadiah untuk Rasulullah
Mantan Anak Buahnya Ditangkap Terkait Judi Online, Ini Respons Budi Arie Setiadi
3 Pihak yang Dirugikan usai Ruben Amorim Ditunjuk Jadi Manajer Baru Manchester United
Festival dan Tradisi Unik di Sumatera Barat yang Masih Dilestarikan
Hasil Liga Inggris: Manchester City Dikejutkan Bournemouth, Liverpool Naik ke Puncak Klasemen