Liputan6.com, Bengkulu - Semangat menyongsong kemerdekaan Indonesia pernah disuarakan oleh Ibu Negara Fatmawati Sukarno di kediamannya di Bengkulu. Semangat itu dipekikkan dalam sebuah adegan panggung sandiwara ketika dia masih gadis belia.
Dalam satu fragmen pementasan sandiwara berjudul Rainbow (Poetri Kentjana Boelan), Fatmawati yang berperan sebagai seorang putri kebangsaan Kerajaan Sungai Lemau yang diangkat menjadi anak oleh seorang pembesar pasukan Inggris memekikkan satu kata yang membuat seluruh penonton terdiam merinding.
"Merdekaaaaa!" teriak Fatmawati, putri tokoh Muhammadiyah Hasan Din dan Siti Chadijah, keturunan Kerajaan Indrapura. Tentu saja pekikan ini membuat gelisah para penonton dari kalangan kolonial dan masyarakat lokal.
Fakta sejarah tersebut terungkap dalam diskusi kebangsaan yang digelar di kediaman Ibu Negara Fatmawati Bengkulu. Diskusi bertajuk Panggung Kebangsaan Menuju Satu Abad Indonesia Merdeka itu digagas anggota DPD asal Bengkulu Ahmad Kanedi.
Menurut mantan Wali Kota Bengkulu itu, semangat kemerdekaan yang digemakan Ibu Fatmawati tak padam hingga dia menjadi pendamping Sukarno kelak.
"Cenderamata dari tangan putri Bengkulu ini adalah sang saka merah putih, ini membuktikan semangat kemerdekaan itu tetap dijaga Ibu Fatmawati," ujar Kanedi di Bengkulu, Sabtu (6/8/2016).
Baca Juga
Advertisement
Semangat kemerdekaan dan nasionalisme Fatmawati rupanya belum tergambar dalam situs peninggalan di Bengkulu. Padahal, jejak Fatmawati hanya ada di sebuah rumah di Kelurahan Penurunan Kecamatan Ratu Samban yang dalam kondisi mengkhawatirkan.
Sulit untuk menemukan rumah itu sebab hanya ada satu papan nama berukuran kecil dan hampir tidak terbaca dari jalan raya. Dinding papan dengan cat mengelupas dan plafon yang terlihat lekang menambah miris pemandangan kediaman Ibu Negara ini.
Krisna Alesha, seorang penggiat di komunitas Bengkulu Herritage Society mengaku kecewa dengan kondisi miris kediaman Ibu Fatmawati. Dia berharap ada perhatian dari pemerintah untuk menjadikan lokasi ini sebagai objek wisata kebangsaan.
"Sangat mengkhawatirkan, tolonglah dibenahi dan kita hormati aset bangsa Indonesia yang harus terus dikenang ini," ucap Krisna.