Liputan6.com, Jakarta - Seperti yang diketehui, Pokemon Go baru saja hadir secara resmi di Indonesia. Melalui akun Twitter resminya, Niantic Labs mengumumkan bahwa Pokemon Go sudah bisa diunduh di toko aplikasi Google Play Store dan App Store di 15 negara di Asia dan Oseania, termasuk Indonesia.
Selain Indonesia, 14 negara di Asia dan Oseania yang sudah bisa mengunduh gim buatan Niantic Labs ini secara resmi adalah Brunei, Kamboja, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Taiwan, Papua Nugini, Fiji, Kepulauan Solomon, Negara Federasi Mikronesia, dan Palau.
Sebenarnya, jauh sebelum Pokemon Go resmi meluncur di Tanah Air, gim ini sudah banyak diunduh dan dimainkan oleh masyarakat Indonesia. Baik diunduh melalui file APK oleh pengguna Android atau pun dengan cara mengubah Apple ID negara yang sudah resmi di perangkat iOS.
Bukan itu saja, sepanjang 1 sampai 31 Juli 2016, cuitan warga internet (netizen) di Indonesia soal Pokemon Go mencapai 37.078 tweets. Dari angka tersebut, 24.241 bersifat opini langsung dari netizen, sementara 12.837 berisikan berita terkait dari media massa.
Laporan terbaru menyebutkan, gim berbasis augmented reality (AR) ini telah diunduh lebih dari 100 juta kali sejak perilisannya. Tak hanya membuat teknologi AR mendunia, pendapatan Pokemon Go dalam sehari pun dinilai luar biasa.
Menurut laporan firma App Annie, seperti dikutip dari laman TechTimes, Kamis (7/8/2016), Pokemon Go membukukan pendapatan sebesar US$ 10 juta atau sekitar Rp 131,5 miliar per hari dari aplikasi yang diunduh dari iOS dan Android.
Eksistensi Pokemon Go
Lantas, apakah fenomena Pokemon Go akan berlangsung lama atau hanya sekadar lewat? Praktisi Gim Indonesia, Sofian Rustiawan saat berbincang santai dengan Tekno Liputan6.com, belum lama ini mengatakan bahwa eksistensi Pokemon Go akan berlangsung lama.
"Sebenarnya di dunia industri gim tak ada yang abadi, semua tergantung dari strategi si pengembang gim itu sendiri. Bila dilihat dari keseriusan Niantic Labs dalam mengembangkan Pokemon Go (selalu meluncurkan update dan fitur terbaru), sepertinya eksistensi gim ini akan berlangsung lama," ujar Sofian.
Sofian menuturkan, gim besutan pengembang dari Eropa dan Amerika Serikat, eksistensinya kebanyakan dapat bertahan hingga bertahun-tahun. Pasalnya, sang pengembang rajin memunculkan update terbaru.
Sementara itu, Ihsan A. Wahab selaku Board of Director dari penerbit gim GemuGemu mengatakan, hype dari Pokemon Go diprediksi tidak akan turun dalam waktu singkat.
Baca Juga
Advertisement
"Apabila dianalisis dari keadaan sekarang, nampaknya hype ini tidak akan turun dalam waktu singkat. Bisa dipastikan bahwa teknik marketing yang mencatut nama Pokemon Go akan semakin marak, karena pelaku bisnis sudah tidak segan-segan lagi menggunakannya," imbuhnya.
Selain pihak Nintendo atau Niantic Labs yang diuntungkan oleh gim tersebut, beberapa bisnis lokal pun berusaha untuk memanfaatkan demam Pokemon Go yang menjangkiti banyak pemain dan pemilik perangkat mobile.
"Contohnya adalah para pelaku perusahaan transportasi berbasis online seperti Uber, Go-Jek, dan Grab, di mana mereka menawarkan jasa transportasi keliling untuk membantu menangkap Pokemon," ujar Ihsan.
Tak hanya itu, perusahaan eCommerce pun mulai banyak menawarkan berbagai macam aksesoris dan pernak-pernik yang berhubungan dengan Pokemon.
Bahkan beberapa tempat perbelanjaan, juga menggunakan trik pemasaran yang sama, yaitu dengan mempromosikan bahwa di tempat mereka, pemain dapat menangkap beberapa jenis Pokemon tertentu, dan diiming-imingi dengan bonus voucher belanja apabila mendapatkan Pokemon yang dimaksud.
"Hal ini tentunya cukup menarik perhatian pemain, dan juga membuka kesempatan untuk pelaku bisnis non-gim untuk meraup keuntungan," tambahnya.
Strategi Niantic Labs
Strategi Niantic Labs
Untuk menjaga eksistensi Pokemon Go dan agar pemainnya tidak kabur, Niantic Labs terus memutar otak untuk menghadirkan fitur-fitur terbaru. Hal ini dilakukan guna membuat pemainnya makin penasaran dan tidak bosan bermain Pokemon Go.
“Kami akan menambah fitur terbaru untuk gim ini dalam beberapa bulan mendatang. Harapan kami Pokemon Go sudah bisa tumbuh dan menjangkau untuk seluruh penduduk di seluruh dunia,” ungkap CEO Niantic Labs John Hanke, saat menjadi tamu di ajang Comic-Con di depan 6500 penggemarnya, sebagaimana dikutip dari Pocket Lint.
“Ide yang sangat menarik ketika Anda bisa mendapatkan sebuah obyek yang bisa mengubah fungsi PokeStop dan memberinya kemampuan baru,” sambungnya.
Hanke menambahkan, pihaknya juga telah mengerjakan fitur trading koleksi Pokemon. Dengan fitur itu, nantinya para pemain dapat bertukar monster Pokemon yang belum mereka miliki sebelumnya.
“Kami juga telah membahas kemungkinan untuk menghadirkan peternakan Pokemon di masa depan,” lanjutnya.
Dengan adanya fitur peternakan ini, maka akan memungkinkan monster Pokemon untuk dapat berkembang biak dan bertelur, sehingga bisa menambah jumlah koleksi monster Pokemon bagi pemainnya.
Untuk diketahui, monster di Pokemon Go yang ada sekarang masih generasi pertama. Meskipun sebenarnya ada 150 jenis Pokemon di generasi pertama, Pokemon Go hanya dibekali 138 jenis monster. Sementara dalam daftar Nintendo, Pokemon akan memasuki generasi ketujuh.
Niantic Labs sendiri masih memiliki pekerjaan rumah yang tak kalah pentingnya, yaitu menstabilkan server, mengingat jumlah pengguna Pokemon Go yang kian bertambah setiap harinya.
“Prioritas kami saat ini adalah mencegah adanya masalah pada server”, tutup Hanke.
(Isk/Why)
Advertisement