Liputan6.com, Jakarta - Internet hampir tak bisa terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, dan celakanya sebagian dari kita semakin tergantung pada perangkat yang terhubung dengan data sehingga sulit untuk meninggalkan rumah tanpa mereka.
Apakah kamu menyadari, dengan menggunakan mesin pencari Google, siapa pun bisa memiliki akses ke foto-foto kamu, informasi tempat kamu bekerja, dan masih banyak lainnya? Bayangkan sejauh mana informasi soal diri kamu yang dapat digali hacker.
Lebih buruknya lagi, jika cyber attacker atau dalam hal ini lebih dikenal dengan kelompok ransomware, menyimpan informasi tersebut. Bisa dipastikan bahwa data itu akan dijual ke pasar gelap.
Untuk menghindari hal itu, perusahaan keamanan Symantec dan Norton menyarankan untuk menginstal software keamanan yang komprehensif.
Baca Juga
Advertisement
Pelaku kejahatan akan mengambil keuntungan dari kerentanan yang ditemukan di software untuk meng-install malware, sehingga penting untuk menjaga sistem operasi dan software pada komputer tetap up-to-date dengan meng-install patch dan update keamanan terbaru.
Selanjutnya, back up file yang tersimpan di komputer kamu secara teratur. Jika komputer terinfeksi ransomware, file dapat dipulihkan setelah malware dihapus dari komputer.
Pada perangkat seluler, hindari mengunduh aplikasi dari situs asing dan hanya menginstal aplikasi dari sumber terpercaya.
Buat back up dari semua yang ada di perangkat mobile kamu sehingga jika terinfeksi dan kamu tidak bisa mendapatkan akses ke file tersebut, kamu dapat memulihkannya dari back up.
Kepada Tekno Liputan6.com, Selasa (9/8/2016), Symantec dan Norton juga menyarankan untuk meng-install aplikasi keamanan guna melindungi perangkat dan data.
Apa Itu Ransomware?
Apa Itu Ransomware?
Ransomware adalah malware yang menyandera perangkat korban, termasuk komputer dan perangkat pintar (bahkan smartwatch), untuk mendapatkan uang tebusan.
Ini dilakukan dengan membatasi akses dan mengunci perangkat tersebut atau dengan mengenkripsi data pengguna. Kemudian malware menampilkan catatan tebusan, sering kali mengaku dari polisi atau personel dari lembaga penegak hukum lain.
Agar tampak seperti asli, ransomware bahkan dapat mengidentifikasi negara tempat kamu berada dan menampilkan catatan tebusan yang terlihat seperti dari kepolisian setempat.
Catatan tebusan mungkin mengklaim bahwa komputer telah digunakan untuk melihat situs, video, atau gambar ilegal dan akan mencoba untuk menakut-nakuti korban agar membayar dengan mengancam akan membawa mereka ke pengadilan.
Korban seringkali malu untuk meminta bantuan karena catatan tebusan mungkin menyebutkan mereka melihat konten pornografi.
Advertisement
Apakah Harus Dikhawatirkan?
Apakah Harus Dikhawatirkan?
Mungkin mudah mengabaikan ransomware sebagai sesuatu yang tidak akan terjadi kepada kamu, namun perlu diingat bahwa ransomware muncul dengan cepat sebagai salah satu ancaman internet paling berbahaya.
Sebagai wilayah pusat, Indonesia menghadapi 14 serangan per hari dan berada di peringkat ke 13 di kawasan Asia Pasifik dalam hal ransomware berdasarkan destinasi.
Dalam 12 bulan terakhir, kelompok-kelompok ransomware besar semakin berani dan bisa mengirimkan malware mereka ke jutaan komputer.
Karena jumlah infeksi yang meningkat, jumlah keluarga ransomware baru yang ditemukan setiap tahunnya mencapai peningkatan sebesar 100, tertinggi yang pernah ada, dan uang tebusan rata-rata yang diminta oleh penyandera meningkat ke US$ 679, dari US$ 294 pada akhir 2015.
Pelaku kejahatan internet semakin pintar dalam melakukan pendekatan dan menyasar target yang lengah untuk meningkatkan tingkat keberhasilan mereka. Saat ini, 43 persen korban ransomware adalah karyawan perusahaan.
Ketika kelompok ransomware terus menyempurnakan taktik mereka, sekarang waktunya bagi kamu untuk meningkatkan kesadaran terhadap ancaman untuk menghindari situasi penyanderaan di dunia maya.
(Isk/Cas)