Liputan6.com, Sumedang - Anak buah kapal (ABK) warga negara Indonesia (WNI) kembali menjadi sasaran penculikan. Total ada 11 ABK WNI yang belum lama ini menjadi korban penculikan kelompok Abu Sayyaf asal Filipina.
Terkait penyanderaan ABK WNI, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto mengatakan, pihaknya sudah mengingatkan kepada perusahaan agar tak melintasi perairan yang dikategorikan rawan perompakan, penculikan atau penyanderaan.
Advertisement
"Kita sudah sangat berhati hati untuk memberikan peringatan suatu tempat, di mana di situlah kita harus alert, waspada. Karena itu adalah kawasan yang kritis untuk disandera, kita harapkan jangan masuk wilayah itu," ucap Wiranto di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Senin 8 Agustus 2016.
Wiranto menjelaskan, mereka yang disandera lantaran memasuki perairan rawan perompakan. Meski tak detail menjelaskan wilayah yang dimaksud itu. Wiranto menegaskan, ke depan perlu sejumlah pihak, termasuk perusahaan, agar tak mengarungi lautan yang dianggap rawan.
Hanya saja, mantan Panglima ABRI itu tak memberi jawaban siapa yang menjadi dalang di balik penculikan WNI termutakhir ini. Meski, tak dimungkiri, kemungkinan identitas penculik sudah dikantongi pemerintah.
"Sudah, cukup, tunggu saja. Jangan mendahului yang belum selesai," ujar Ketua Umum Partai Hanura itu.
Sekadar informasi, penculikan yang terbaru menimpa Herman bin Manggak, seorang WNI kapten kapal pencari udang milik Malaysia. Ia disandera saat melaut di wilayah Kinabatangan, Sabah, perbatasan laut Malaysia dengan Filipina.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Armanatha Nasir mengatakan, pihaknya baru mendapat informasi itu pada 4 Agustus 2016. Atau tepat sehari setelah peristiwa nahas menimpa Herman.
"Mengenai penangkapan itu, dari kapal ikan Malaysia di wilayah Malaysia sudah kita ketahui tanggal 4 (Agustus 2016)dan kita confirm satu orang ditahan," ucap dia.
Pria yang akrab disapa Tata ini juga menjelaskan, selain Herman, ada dua ABK lain, yakni WNI dan WN Malaysia yang ikut diculik dan kemudian dilepas. Dua ABK yang dilepas saat ini sudah berada di Sandakan, Sulu, Filipina. Tim KJRI di sana dikatakan Tata sudah berkomunikasi dengan kepolisian setempat untuk bertemu dua ABK itu guna mendapat informasi lebih lanjut.
Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu Lalu Muhammad Iqbal menambahkan, kementeriannya sejauh ini masih dalam tahap memverifikasi data. Ia tak menampik informasi awal yang dipaparkan Tata, namun masih berusaha memperdalam lagi informasi-informasi di lapangan. Sebab, informasi dari sumber-sumber itu masih simpang siur dan belum final.
"Hingga saat ini KBRI Kuala Lumpur, KJRI Kota Kinabalu, KRI Tawau dan KJRI Davao masih melakukan verifikasi kepada berbagai pihak di Malaysia dan Filipina. Karena sejumlah informasi yang diterima dari pihak-pihak terkait masih terdapat sejumlah perbedaan," ujar Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu tersebut.