Liputan6.com, Bandung - Setelah menghadirkan 350 aplikasi ponsel cerdas untuk masalah perkotaan, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil ingin menerapkan teknologi machine to machine (M2M).
Kang Emil, sapaannya, mengatakan pihaknya melihat efektivitas dan efisiensi tinggi setelah menghadirkan ratusan aplikasi yang menghindari tatap temu aparat pegawai negeri sipil dengan masyarakat.
Digitalisasi urusan kota, yang kemudian menghindari potensi KKN, seraya memunculkan interaksi dari warga dianggap Emil sebagai sebuah pencapaian baik dari smart city.
"Bagi saya, tahap satu dan dua (smart city, red) sudah kita sediakan. Sekarang masuk tahap tiga, yakni M2M. Ini akan makin menghilangkan potensi KKN akibat ada pertemuan aparat dengan warga," tutur Emil kepada Tekno Liputan6.com di Bandung, akhir pekan lalu.
Ia mencontohkan, bentuk implementasi M2M antara lain pemasangan sensor di pipa-pipa air leding PDAM milik Pemkot Bandung, Tirtawening. Ketika ada pipa bocor atau tak berfungsi, upaya tindak lanjut tak perlu menunggu komplain warga. Dalam hal ini sensor tersebut mengirimkan laporan langsung ke sistem pendataan PDAM Tirtawening.
Baca Juga
Advertisement
Demikian pula saat ketinggian air sungai di Kota Bandung naik, potensi munculnya banjir akan ditransmisikan pipa terdekat sungai ke Bandung Command Center (BCC) guna antisipasi dinas terkait.
"Ini diperlukan, tapi belum semua Pemda dan pemimpinnya mengetahui apa solusinya. Yang pasti, aplikasi itu penting, misal aplikasi pelaporan milik kami. Dari 10.000 komplain, rata-rata 9.000 laporan diselesaikan dinas dalam tiga hari," ujar Emil melanjutkan.
Ahmad Nugraha Rahmat, Indonesia Country Sales Manager Q-Free --penyedia Intelligent Transportation System-- mengatakan, ia menyambut baik inisiasi Pemkot Bandung tersebut.
"Implementasi M2M, contohnya Bandung Urban Mobility Plan, sesuai dengan tren global untuk mewujudkan tata kelola transportasi perkotaan lebih baik," kata Ahmad.
Ahmad menilai penerapan smart transportation sangat diperlukan guna menjawab empat masalah laten saat ini, yakni keselamatan transportasi, perbaikan lingkungan hidup, pengurangan kemacetan, dan efisiensi infrastruktur transportasi.
(Msu/Why)