Liputan6.com, Jakarta - Tarif Tenaga Listrik (TTL) di Indonesia untuk golongan rumah tangga di atas 1300 Volt Amper (VA) ke atas lebih mahal ketimbang di Amerika Serikat (AS). Karena itu PT PLN (Persero) diminta untuk lebih efisien menggunakan bahan bakar pembangkitnya.
Direktur Eksekutif Refomainer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, saat ini tarif listrik di Amerika Serikat untuk golongan pelanggan rumah tangga 1.300 VA ke atas sebesar Rp 1.200 hingga Rp 1.400 per Kilo Watt hour (KWh).
Sedangkan di Indonesia tarif listrik rumah tangga Tegangan Rendah (TR) golongan rumah tangga R-1 dengan daya 1.300 VA, rumah tangga R-1 daya 2.200 VA, rumah tangga R-2 daya 3.500 VA sampai 5.500 VA dan rumah tangga R-3 daya 6.600 VA ke atas per Agustus 2016 sebesar Rp 1.410,12 per kWh.
"Tarif listrik untuk golongan rumah tangga 1.300 VA ke atas dengan tarif listik di Amerika Serikat,ini levelnya lebih tinggi," kata Komaidi, di Jakarta, Selasa (9/8/2016).
Baca Juga
Advertisement
Komaidi menuturkan, hal tersebut menandakan tarif listrik Indonesia tidak terlalu rendah, bahkan kompetitif dibanding negara lain.
Komaidi menduga subsidi silang untuk menomboki golongan pelanggan 450 VA menjadi penyebab tarif listrik golongan rumah tangga di Indonesia lebih tinggi ketimbang di AS.
"Karena cross subsidi, sementara di Amerika sama (tidak ada yang disubsidi), ada subsidi silang yang 450 VA ada di cross rumah tangga tadi," ujar dia.
Komaidi mengungkapkan, PLN harus lebih efisien dalam menggunakan bahan bakar untuk menekan biaya produksi listrik. Selain itu dengan lebih mahalnya tarif listrik di Indonesia bisa menyadarkan masyarakat tentang energi merupakan bukan barang yang murah karena semakin menipisnya energi fosil.
"Harganya kemahalan atau tidak efisiensi harus, masyarakat harus tau listrik tidak bisa murah karena energi primer migas tidak lagi melimpah," tutur Komaidi. (Pew/Ahm)