Liputan6.com, Jakarta - Baru sekitar satu pekan dilantik, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengemukakan wacana penambahan jam belajar di sekolah hingga pukul 5 sore.
Wacana tersebut kontan mendapat penolakan. Seorang netizen yang juga orang tua siswa, Deddy M. Kresnoputro, menggalang dukungan melalui petisi di laman Change.org yang memprotes wacana tersebut.
Per pukul 15.32 WIB, hari ini (9/8/2016), petisi berjudul “Tolak pendidikan full day/sehari penuh di Indonesia” tersebut mengantongi 21.630 dukungan.
"Belum selesai kita membenahi masalah kurikulum yang kerap kali diacak-acak, sekarang muncul wacana untuk Anak Sekolah Sehari Penuh, dengan alasan pendidikan dasar saat ini tidak siap menghadapi perubahan zaman yang begitu pesat. Semoga bapak-bapak dan ibu-ibu tahu bahwa tren sekolah di negara-negara maju saat ini adalah mengurangi waktu sekolah, tidak ada pekerjaan rumah, dan lebih pada pembangunan karakter anak," kata Deddy di dalam petisinya.
Di dalam petisinya, Deddy juga mengutip tulisan seorang guru yang menyoroti bahwa membiarkan anak sehari penuh bersekolah sama halnya seperti melepas tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya ke sekolah. Tak hanya itu, hal ini dianggap pula merenggut interaksi antara anak dengan orang tua.
Bila kondisi demikian terjadi, Deddy mengatakan orang tua akan memilih home schooling atau bersekolah di rumah sebagai opsi pendidikan bagi anak-anaknya.
Baca Juga
Advertisement
Salah seorang pendukung petisi, Afri Saragih, menuliskan, "Sekolah full day hanya merampas kemerdekaan anak2. Sudah terbukti bertahun2 sistem pendidikan yg hanya fokus pada angka, hanya menghasilkan manusia manusia tidak kreatif! Membuat orang dewasa kekanak kanakan! Kembalikan hak hak anak! Keluarga adalah pendidikan yg utama! Kembalikan keceriaan masa anak anak Indonesia! Jangan "penjarakan" anak2 didalam satu gedung bernama SEKOLAH! Karena belajar itu sepanjang masa BUKAN selama disekolah!! Alam raya adalah sekolah yang sebenarnya!"
Pendukung lainnya, Karina Adistiana, memaparkan, "Peran orangtua & keluarga sebagai teladan utama dalam pendidikan karakter tidak bisa seenaknya diambil alih oleh sekolah. Pendidikan bermasyarakat juga terancam ketika anak menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah. Data dan keberagaman di Indonesia perlu menjadi pertimbangan dalam membuat suatu kebijakan nasional, karena area seorang Mendikbud tidak hanya mencakup 1-2 kecamatan, melainkan seluruh daerah di Indonesia tanpa terkecuali. Sekolah bukan pabrik dan juga bukan penjara!!"
Petisi selengkapnya bisa dibaca di www.change.org/TolakSekolahFullDay
(Why/Isk)