Pengamen Cipulir Korban Salah Tangkap Menang Lawan Polisi

Hakim memerintahkan negara, dalam hal ini Kementerian Keuangan, sebagai pihak Turut Termohon membayar ganti kerugian Rp 72 juta.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 09 Agu 2016, 15:55 WIB
Ilustrasi (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah memutuskan permohonan praperadilan ganti rugi yang diajukan dua pengamen asal Cipulir, Kebayoran Lama, Andro Supriyanto (21) dan Nurdin Priyanto alias Benges (26) atas kasus salah tangkap yang ‎mereka alami. Dalam putusannya, hakim tunggal Totok Sapti Indrato hanya menerima permohonan pemohon ‎untuk sebagian.

Hakim PN Jakarta Selatan itu juga menolak eksepsi atau nota keberatan yang diajukan Termohon I, dalam hal ini Polda Metro Jaya, dan Termohon II yakni Kejaksaan Tinggi DKI.

"Menetapkan, dalam pokok perkara, mengabulkan permintaan ganti kerugian dari Pemohonan I dan Pemohon II untuk sebagian. Menetapkan dalam eksepsi, menolak eksepsi Termohon I dan Termohon II,"‎ ujar Totok dalam persidangan di PN Jakarta Selatan, Selasa (9/8/2016).

Dalam putusan tersebut, hakim memerintahkan negara, dalam hal ini Kementerian Keuangan, sebagai pihak Turut Termohon membayar ganti kerugian kepada kedua pemohon sebesar Rp 72 juta. Dalam hal ini, yang dikabulkan hanya ganti rugi materiil. Sementara ganti rugi imateriil ditolak seluruhnya.

Majelis hakim juga menolak permohonan rehabilitasi yang diajukan Andro dan Nurdin. Sebab, rehabilitasi telah tertuang dalam amar putusan sidang banding di Pengadilan Tinggi Jakarta. Selain itu, permintaan rehabilitasi melalui media massa dianggap tidak memiliki dasar hukum.

Andro Supriyanto dan Nurdin Priyanto alias Benges dituduh dan disangka hingga dipidanakan dalam kasus pembunuhan Dicky Maulana di bawah jembatan Cipulir, Jakarta Selatan pada akhir Juni 2013. Keduanya ditangkap, ditahan, dan diproses secara hukum, meski pun tidak ada bukti yang mengarahkan mereka sebagai pembunuh Dicky.

Bukti bahwa Andro dan Nurdin tidak terlibat dalam pembunuhan diperkuat dengan adanya putusan banding di Pengadilan Tinggi Jakarta dan juga diperkuat dengan hasil kasasi di Mahkamah Agung.

Andro dan Nurdin telah dibebaskan dari hukuman tujuh tahun penjara yang divonis oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Keduanya bebas setelah Pengadilan Tinggi Jakarta menyatakan tidak bersalah. Namun, jaksa penuntut umum tidak terima dan mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Rupanya hasil keputusan kasasi juga mengokohkan putusan Pengadilan Tinggi Jakarta.

Kasus pembunuhan Dicky Maulana sendiri diduga dilakukan oleh enam anak jalanan yang sehari-hari mengamen di Cipulir, Jakarta Selatan. Mereka adalah dua terdakwa dewasa Andro dan Nurdin, serta empat terdakwa anak di bawah umur yang kasasinya tengah berjalan di MA. Mereka berinisial FP (16), F (14), BF (16), dan AP (14).

Pembunuhan Dicky terjadi pada Minggu 30 Juni 2013. Pada 1 Oktober 2013, majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menjatuhkan pidana penjara 3 sampai 4 tahun kepada empat terdakwa anak di bawah umur. Sedangkan dua terdakwa dewasa, masing-masing dihukum 7 tahun penjara.

Setelah dinyatakan tak bersalah dan bebas dari hukuman penjara, Andro dan Nurdin kemudian memohon ganti rugi ke negara senilai Rp 1 miliar lebih. Dalam hal ini, permohonan itu‎ dilayangkan kepada Termohon I Kapolda Metro Jaya, Termohon II Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta, dan Turut Termohon Menteri Keuangan.

Majelis hakim juga menolak permohonan rehabilitasi yang diajukan Andro dan Nurdin. Sebab, rehabilitasi telah tertuang dalam amar putusan sidang banding di Pengadilan Tinggi Jakarta. Selain itu, permintaan rehabilitasi melalui media massa dianggap tidak memiliki dasar hukum.

Andro Supriyanto dan Nurdin Priyanto alias Benges dituduh dan disangka hingga dipidanakan dalam kasus pembunuhan Dicky Maulana di bawah jembatan Cipulir, Jakarta Selatan pada akhir Juni 2013. Keduanya ditangkap, ditahan, dan diproses secara hukum, meski pun tidak ada bukti yang mengarahkan mereka sebagai pembunuh Dicky.

Bukti bahwa Andro dan Nurdin tidak terlibat dalam pembunuhan diperkuat dengan adanya putusan banding di Pengadilan Tinggi Jakarta dan juga diperkuat dengan hasil kasasi di Mahkamah Agung.

Andro dan Nurdin telah dibebaskan dari hukuman tujuh tahun penjara yang divonis oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Keduanya bebas setelah Pengadilan Tinggi Jakarta menyatakan tidak bersalah. Namun, jaksa penuntut umum tidak terima dan mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung. Rupanya hasil keputusan kasasi juga mengokohkan putusan Pengadilan Tinggi Jakarta.

Kasus pembunuhan Dicky Maulana sendiri diduga dilakukan oleh enam anak jalanan yang sehari-hari mengamen di Cipulir, Jakarta Selatan. Mereka adalah dua terdakwa dewasa Andro dan Nurdin, serta empat terdakwa anak di bawah umur yang kasasinya tengah berjalan di MA. Mereka berinisial FP (16), F (14), BF (16), dan AP (14).

Pembunuhan Dicky terjadi pada Minggu 30 Juni 2013. Pada 1 Oktober 2013, majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menjatuhkan pidana penjara 3 sampai 4 tahun kepada empat terdakwa anak di bawah umur. Sedangkan dua terdakwa dewasa, masing-masing dihukum 7 tahun penjara.

Setelah dinyatakan tak bersalah dan bebas dari hukuman penjara, Andro dan Nurdin kemudian memohon ganti rugi ke negara senilai Rp 1 miliar lebih. Dalam hal ini, permohonan itu‎ dilayangkan kepada Termohon I Kapolda Metro Jaya, Termohon II Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta, dan Turut Termohon Menteri Keuangan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya