Kebiasaan Aneh Romawi Kuno: Berhubungan Seks di Depan Para Budak

Bagi kebanyakan orang di masa kini, hubungan seksual merupakan hal yang bersifat pribadi. Mengapa melakukannya di hadapan para budak?

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 09 Agu 2016, 23:30 WIB
Bagi kebanyakan orang di masa kini, hubungan seksual merupakan hal yang bersifat pribadi. Mengapa melakukannya di hadapan para budak? (Sumber The Times)

Liputan6.com, Cambridge - Bagi kebanyakan orang di masa kini, tindakan hubungan seksual merupakan hal yang bersifat pribadi walaupun ada saja orang yang melakukannya dalam kelompok.

Namun demikian, hubungan seks di depan kerumunan orang tak dikenal lebih lazim dilakukan pada masa Romawi Kuno. Dikutip dari International Business Times pada Selasa (9/8/2016), ahli sejarah bernama Mary Beard memaparkan hal tersebut dalam suatu tayangan dokumenter.

Program bertajuk "Pompeii: Life Before Death" yang tayang di BBC sebenarnya berkutat pada masalah perbudakan zaman kuno.

Dalam pengamatannya, Mary Beard melihat adanya lukisan di Pompeii yang menggambarkan pasangan sedang melakukan hubungan seks di hadapan seorang budak di latar belakang. Budak tersebut digambarkan sedang melakukan tugas rumah tangga.

Profesor ilmu klasik di Cambridge University itu mengatakan, "Ini adalah contoh jelas bahwa kaum budak dianggap tak ada. Lukisan itu menunjukkan bahwa mereka seakan tidak terlihat."

"Seandainya kita sekarang ini bertanya kepada orang biasa 'Maukah melakukan hubungan seks ketika ada orang lain yang sedang membersihkan kamar?', maka jelaslah perbedaannya dengan zaman itu."

Temuan-temuan baru dimungkinkan dengan menggunakan teknologi maju semisal pemindai CT yang mengungkap keberadaan ruang 'penyimpanan' budak di bawah sebuah rumah.

Kata Beard dalam wawancara dengan Sunday Times, "Kita bisa melihat daerah yang sekarang dengan 99 persen keyakinan diketahui sebagai ruang-ruang tempat tinggal para budak."

"Ruangnya gelap, tanpa jendela, berbentuk lorong panjang dengan sel-sel kecil tempat para budak tinggal, bekerja, tidur. Mungkin ada 3, 4, atau 5 orang di dalam satu ruangan."


Analisa Ilmiah Pada Jasad

Ada juga informasi lebih terinci tentang cetakan jasad-jasad orang yang tewas dalam bencana letusan vulkanik Gunung Vesuvius yang menghancurkan kota tersebut.

Replika 3D kota juga dipertontonkan untuk pertama kalinya, demikian juga hasil pemindaian sinar-X terhadap tulang belulang yang selama berabad lamanya telah terawetkan.

Untuk pertama kalinya, tim ini juga melakukan analisa DNA jasad-jasad korban bencana.

"Mungkin semua orang mengetahui caranya warga Pompeii meninggal dunia…ini adalah kesempatan sekali seumur hidup untuk mengungkap kehidupan mereka sebelum meninggal," kata Beard.

Ternyata, bukan hanya orang tua renta dan cacat yang tidak melarikan diri dari bencana, tapi seluruh lapisan masyarakat.

Bagi kebanyakan orang di masa kini, hubungan seksual merupakan hal yang bersifat pribadi. Mengapa melakukannya di hadapan para budak? (Sumber EPA/Pompeii Archaeological Superintendent Handout)

Pemindaian menggunakan CT menunjukkan bahwa "di sini kami tidak menemukan seorang lansia yang malang, ini adalah orang-orang muda biasa yang tetap tinggal di kota."

Beard melanjutkan, "Mereka memilih untuk tidak kehilangan tempat usaha atau rumah mereka…begitulah yang dilakukan orang ketika menghadapi bencana."

Tanggal letusan diduga 24 Agustus 79 M, hanya sehari setelah perayaan Vulcanalia, festival dewa api Romawi. Penyebab utama kematian adalah awan panas dengan suhu mencapai 482 derajat Celcius.

Hujan puing berjatuhan di jalan-jalan hingga kota itu terbenam seluruhnya. Pompeii tetap terkubur selama kira-kira 1.700 tahun hingga ekskavasi dimulai pada 1748.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya