Liputan6.com, Jakarta - Belum lama menggantikan Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy mengajukan rencana yang cukup mengejutkan. Muhadjir merencanakan sistem belajar mengajar full day school atau sehari penuh di tingkat sekolah dasar dan menengah hingga pukul 17.00 WIB.
Karena masih dalam kategori sosialisasi, Muhadjir akan memulai proses pengkajian. Dimulai dengan pembentukan tim khusus serta konsultasi dengan beberapa pakar psikologi.
Advertisement
"Nanti ada proses, pakar psikologi, kita sudah bentuk tim. Kami akan susun yang lebih menyeluruh," ujar dia.
Muhadjir berharap sistem ini akan mengurangi peluang negatif yang ditimbulkan dari celah waktu empat jam tanpa pengawasan itu. Dengan demikian, kemungkinan terjadinya tindak kriminalitas dapat diantisipasi.
"Intinya maksud kita itu untuk memperkecil kemungkinan anak-anak keluyuran ketika sudah jam pulang sekolah. Sekolah sudah tidak tanggung jawab terhadap anak dan orangtua juga belum siap jaga anak karena masih jam kerja," ujar Muhadjir.
Namun, Muhadjir mengaku kurang pas jika idenya tersebut dinamai dengan sistem full day school.
"Kita itu bukan full day school. Kan, enggak seharian 24 jam di sekolah. Dan tidak semuanya belajar sampai sore," ucap dia di kawasan Sudirman Central Bussiness District (SCBD), Jakarta Selatan, Selasa (9/8/2016).
Muhadjir menjelaskan, sistem ini lebih cocok jika disebut sebagai sistem penanaman karakter pada murid sekolah dasar dan menengah.
Demi Karakter Anak
Sebab, kata dia, landasan dan sasaran utama ide ini datang dari amanat pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, sebagaimana yang telah tertera dalam Nawacita Pemerintah Terkait Pendidikan. Yakni agar memperbanyak porsi pengembangan karakter anak sekolah dasar dan menengah, ketimbang porsi ilmu pengetahuan.
"Ya, namanya sistem penanaman atau pengembangan karakter pada anak sekolah dasar dan menengah saja, bukan full day school," Muhadjir menegaskan.
Muhadjir menilai perpanjangan jam belajar mengajar ini penting karena dalam jam belajar reguler murid SD maupun SMP saat ini tidaklah cukup, karena itu harus ditambah dengan muatan pengembangan karakter serta budi pekerti.
Maka itu, ke dalam sistem kurikulum yang sama, Muhadjir merencanakan adanya co-kulikuler yang secara spesifik mengandung unsur penanaman nilai-nilai budi pekerti.
"Tidak mungkin (pengembangan karakter) disisipkan sepenuhnya pada mata pelajaran. Maka dari itu perlu ada co-kulikuler. Makanya perlu perpanjangan waktu, terutama di SD dan SMP, namun tetap dalam satu kurikulum yang sama," Muhadjir menerangkan.
Menurut Muhadjir, kondisi pendidikan meliputi fasilitas gedung dan tenaga pengajar yang belum sepenuhnya memadai, menjadi pertimbangan yang kelak akan didiskusikan dan dikaji lebih lanjut.
"Sistem ini kan tidak hanya di sekolah negeri, tapi tetap nanti akan dicek sekolah mana yang sudah siap mana yang belum siap. Soal guru, perlu juga disiapkan walau katanya sudah profesional dengan adanya tunjangan profesi," kata dia.
"Termasuk tidak memperbolehkan guru mencari kelebihan tambahan jam. Kekurangannya nanti bisa didapat dari co-kurikuler ini," ujar Mendikbud Muhadjir. (Winda Prisilia)