Liputan6.com, Jakarta - Hasil riset yang dilakukan oleh peneliti Indonesia rupanya belum banyak digunakan oleh industri. Hal ini dikatakan oleh Ketua Dewan Riset Nasional (DRN) Bambang Setiadi, berdasarkan hasil temuan tim Adhoc.
"Setelah 15 tahun Indonesia menerapkan UU No. 28 Tahun 2002 tentang sistem penelitian nasional, riset-riset yang dilakukan belum memberikan kontribusi penting terhadap pembangunan IPTEK maupun industri di Indonesia," kata Bambang dalam acara Sidang Paripurna Dewan Riset Nasional di Surakarta, Selasa (9/8/2016).
Ia tak memungkiri, pertumbuhan nasional pada dua dekade terakhir meningkat 4-6 persen. Tetapi pendapatan nasional masih jauh di bawah negara-negara makmur yang pertumbuhannya naik 0-2 persen.
Tak hanya itu, menurut Bambang, di Indonesia sebenarnya banyak hasil riset yang bagus, namun tidak didayagunakan dalam pengambilan keputusan. "Ada missing link antara riset dengan pengguna, baik pemerintah maupun swasta (industri, red.). Sebaliknya, industri juga tak mengandalkan hasil riset untuk mendukung bisnis mereka," ujar Bambang.
Bambang mencontohkan, di Thailand hasil riset pertanian didayagunakan dalam kebijakan, sehingga negaranya lebih unggul dalam daya saing.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir sepakat dengan temuan DRN. Menurut Nasir, hal ini akibat dari ketidaksinkronan penelitian dan pasar.
Baca Juga
Advertisement
"Riset itu harusnya market atau demand driven. Artinya, harus sesuai dengan kondisi pasar masyarakat. Karena itu, riset yang dilakukan banyak terhenti," kata Nasir ditemui Tekno Liputan6.com di Surakarta.
Bukan hanya itu, riset berulang-ulang menurut Nasir juga tidak bisa menghasilkan inovasi. Oleh karena itu, Kemenristekdikti membuat kebijakan baru. Setiap riset yang bisa menjadi industri akan didukung mulai dari pendanaan hingga pendampingannya.
"Kami dengan DRN bersama-sama ingin memetakan riset-riset yang ada di Indonesia. Di antaranya tujuh bidang atau cluster kami dorong untuk bisa menggerakkan ekonomi Indonesia. Tanpa riset, tak mungkin bisa menggerakkan ekonomi dengan baik," kata mantan rektor Universitas Diponegoro itu.
Ia mengungkap, ada beberapa bidang penelitian yang kini jadi fokus pemerintah, yaitu pangan dan pertanian, kesehatan dan obat-obatan, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), transportasi, advance material yakni teknologi nano, pertahanan, dan energi terbarukan.
"Hal yang penting akan kami dorong. Saya ingin membangkitkan kembali cita-cita yang sudah dicanangkan teknokrat kita Pak Habibie, yakni bagaimana mewujudkan riset di Indonesia dengan baik. Tanpa riset dan inovasi, Indonesia tak mungkin bisa bersaing," kata Nasir.
(Tin/Why)