Donald Trump Sarankan Pendukungnya untuk Tembak Hillary Clinton

Dalam kampanye di North Carolina Donald Trump mengatakan, Amendemen Kedua (kepemilikan senjata api) dapat digunakan jika Hillary menang.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 10 Agu 2016, 08:32 WIB
Calon presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump saat berkampanye di Mar-A-Lago Resort di Palm Beach, Florida (REUTERS/Joe Skipper)

Liputan6.com, North Carolina - Donald Trump memperingatkan para pendukungnya, apabila Hillary Clinton terpilih jadi Presiden AS dan menunjuk hakim di Mahkamah Agung, dunia bakal berakhir. Namun, pengusaha tajir itu menambahkan, karena terdapat Amendemen Kedua, mungkin ada yang dapat mereka lakukan untuk mengubahnya.

"Kalau sampai ia menang dan memilih hakim, tak ada yang bisa kalian lakukan," kata Trump di sebuah kampanye di Wilmington, North Carolina pada Selasa, 9 Agustus 2016.

"Meski demikian, ada namanya Amendemen Kedua, teman-teman. Mungkin bisa kita gunakan. Saya tak tahu," ujarnya seperti dilansir dari Huffington Post, Rabu (10/8/2016).

Amendemen Kedua Konstitusi AS adalah tentang kepemilikan senjata api.

Meski demikian, apa yang disampaikan oleh Trump tidak jelas. Namun, salah satu bekas penasihatnya mengatakan, taipan bisnis asal New York itu sempat melontarkan pernyataan mencengangkan dalam sebuah pertemuan dengan para staf pada bulan lalu.

"Hillary harusnya ditembak karena telah berkhianat dengan menggunakan server pribadi," ujar Trump.

Meski dikatakan tidak jelas, setidaknya satu pria pendukung mengerti pernyataan Trump dan dari foto yang tertangkap kamera, pria itu membuka mulut tanda terkejut.

Seorang pria pojok kanan menyadari apa maksud Donald Trump. Ia terlihat kaget (screen cap CNN/Huffington Post)


Juru bicara Trump, Jason Miller mengatakan, kandidat capres AS dari Partai Republik itu tidak berbicara sungguh-sungguh (untuk menembak).

"Pernyataan itu seperti kekuatan untuk pemersatu--dalam Amendemen Kedua, orang AS memiliki semangat persatuan dan memberikan mereka kekuatan politik yang besar," kata Miller dalam sebuah pernyataan.

"Dan tahun ini, para pemilih akan memilih tokoh hebat dan yang pasti bukan Hillary Clinton, melainkan Donald Trump."

Namun, tim kampanye Hillary tak memaafkan pernyataan itu.

"Ini sederhana, apa yang dikatakan Trump sangatlah bahaya. Orang yang ingin jadi presiden AS tidak mudah mengeluarkan kata-kata kekerasan seperti itu."

Pernyataan Trump dibela oleh sesama Republik, Senator Jeff Sessions dari Alabama. Ia mengatakan, miliarder nyentrik itu tidak serius mengancam Hillary.

"Saya tak percaya itu adalah pernyataan yang serius. Memang, kalimat yang ia tujukan terdengar aneh," kata Sessions kepada CNN.

Namun pembawa acara Wolf Blitzer mengatakan, tidak seharusnya Amendemen Kedua dijadikan lelucon.

"Ya, memang kita tak bisa jadikan itu lelucon," Sessions setuju. "Ini sangat bertentangan dengan yang kita percayai."

Kendati bercanda, komentar tentang pembunuhan presiden atau calon rupanya tidak dihiraukan oleh Secret Service. Padahal mereka adalah badan yang melindungi orang nomor satu AS dan capres, meski dibayar dengan nyawa mereka sendiri. Sejauh ini pengawal pribadi presiden AS itu tidak memberikan komentar terhadap pernyataan Donald Trump.

Kasus ancaman penembakan kepada lawan rupanya bukan kali pertama dilakukan politikus Partai Republik.

Pada 2010, kandidat senator Nevada dari partai berlambang gajah, Sharron Angle dikritik setelah wawancara di radio yang menyarankan warga untuk berhati-hati terhadap ulah kongres dengan mempersenjatai diri. Senjata api boleh digunakan bagi siapa saja yang menjegal langkah termasuk lawan oposisi, Pemimpin Senat, Harry Reid dari Demokrat.

"Dan Anda tahu, saya berharap kita tidak menggunakan Amendemen Kedua. Saya berharap pemilihan ini bisa menyembuhkan senat dari masalah Harry Reid," demikian kata Angle pada saat itu.

Angle kalah dengan Reid saat itu, tapi kelompok tea-party Republik memberikan kontrol kepada Grand Old Party di DPR dan mempersempit margin mereka di senat.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya