Kisah Maria Harfanti Menjadi Relawan Bibir Sumbing

Menurut Maria Harfanti, perlakuan masyarakat Indonesia terhadap penderita bibir sumbing lebih manusiawi.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 11 Agu 2016, 04:00 WIB
Miss Indonesia 2015, Maria Harfanti dalam acara kegiatan sosial bersama anak penderita bibir sumbing. (Foto: Yuliardi Hardjo Putra/Liputan6.com)

Liputan6.com, Bengkulu - Pemenang salah satu kontes kecantikan tahun lalu,  Maria Harfanti memiliki kisah tersendiri ketika bersedia mengabdikan diri menjadi relawan bibir sumbing.

Dia terlihat sangat akrab dengan para pasien di Rumas Sakit Dinas Kesehatan Tentara (DKT) Bengkulu yang sedang menunggu panggilan ke ruang operasi. Maria dengan sigap mengajak seorang bocah dan berbincang riang.

Kepada Liputan6.com, Putri asal Jogja ini mengungkapkan dirinya sangat tersentuh ketika menjalankan rangkaian aktivitas pemilihan Miss World di Kenya, salah satu negara miskin di Afrika.

Maria Harfanti (Annisa Wulan/Liputan6.com)

Di negara yang sering dilanda kekeringan itu, anak anak penderita bibir sumbing sering dikucilkan karena dianggap pembawa sial. Orangtua mereka secara moral merasa tertekan dan mengucilkan anak mereka yang terkena bibir sumbing.

"Kami memberikan dukungan moral kepada para orangtua mereka dan mengunjungi rumah sakit yang menangani pasien bibir sumbing," ungkap Maria di Bengkulu, Rabu (10/8/2016).

Saat itu dia berpikir bagaimana bisa mengambil bagian dalam kegiatan sosial ini dan dilakukan di Indonesia. Dengan kebulatan tekad, dia lalu bersedia menjadi relawan dan mengabdikan diri untuk membantu para penderita bibir sumbing dan keluarganya dengan menjadi relawan.

Miss Indonesia 2015, Maria Harfanti bersama tim dokter dan pasien operasi bibir sumbing di Bengkulu. (Instagram)

"Perlakuan masyarakat Indonesia terhadap mereka lebih manusiawi. Kami butuh donasi dari para dermawan untuk mensejajarkan mereka dengan manusia yang terlahir normal," lanjutnya.

Harapan anak anak penderita bibir sumbing untuk hidup secara normal, tentu saja harus dilakukan dengan mengambil tindakan medis atau operasi. Saat ini banyak orangtua terutama di wilayah pelosok Indonesia merasa ketakutan kalau anak mereka dioperasi. Padahal tindakan itu hatus dilakukan untuk masa depan yang lebih baik.

"Tidak usah takut, efek kedepan supaya anak kita tidak dikucilkan, itu yang lebih penting," pungkasnya. (fei)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya