Liputan6.com, Jakarta Masyarakat dunia kini tengah larut dalam perbincangan hangat seputar Olimpiade yang telah diselenggarakan di ibu kota Brasil, Rio de Janeiro, sejak beberapa hari lalu.
Baca Juga
Advertisement
Melansir Mercury News, Kamis (11/8/2016), perbincangan mulai dari topik yang relevan seperti skor kemenangan, kekalahan, serta peraihan medali sosok-sosok perwakilan negara tertentu, hingga akhirnya keluar jalur menyentuh isu seperti ketidaklayakan sarana yang memfasilitasi keberlangsungan ajang olahraga berskala internasional itu.
Sedari dulu, ajang bergengsi di bidang olahraga ini tidak pernah luput dari pemberitaan miring. Meski tidak secara langsung berkaitan, namun tidak bisa dipungkiri bahwa alasan yang menjadi pemicu terbentuknya pemberitaan negatif tersebut membawa dampak buruk yang lambat laun akan mempengaruhi kesehatan fisik dan mental para atlet.
Contohnya di masa lalu, pelaksanaan ajang Olimpiade di Beijing, Tiongkok, tidak berjalan mulus sesuai ekspektasi karena isu terkait polusi udara. Di ibu kota Inggris, London, isu yang mengacu pada minimnya pengamanan atau kurangnya pasukan yang ditugaskan untuk mengamankan acara ramai dibicarakan masyarakat.
Kemudian di Sochi, Rusia, komentar negatif kembali membanjiri pihak penyelenggara dengan argumen kali ini mengacu pada infrastruktur lokasi pelaksanaan ajang yang dinilai kurang memadai.
Beralih ke Rio, Brasil, kritik tak sedap menghampiri lantaran airnya dianggap kotor akibat sampah dan limbah yang dibuang sembarangan ke wilayah perairan datar teluk kota tersebut.
Sayangnya, wilayah perairan tersebut sebelumnya telah dipilih untuk menjadi wadah pelancaran sesi sejumlah olahraga air dalam ajang Olimpiade kali ini. Salah satunya adalah Teluk Guanabara.
Para atlet olahraga air tentunya harus menerima kondisi di mana sarana olahraganya dipenuhi tumpukan sampah yang kemungkinan besar menjadi ranah berkembang biaknya bakteri, kuman, dan virus penyakit lainnya.
Hal inilah yang sampai detik ini menjadi alasan utama ajang Olimpiade di Rio dikritik keras oleh masyarakat di sejumlah negara lainnya. Kondisi pun diperkeruh dengan tersebarnya informasi terkait janji pemerintah Brasil untuk membenahi 80 persen wilayah perairan tersebut terlebih dahulu beberapa waktu setelah negara itu terpilih menjadi tuan rumah Olimpiade tahun ini.
Pengalihan isu
Memang kegagalan pemerintah negara setempat untuk menepati janjinya hanya membuat warga lokal sekaligus internasional yang terlibat dalam ajang olahraga tersebut semakin kecewa.
Namun, tahukah Anda masalah sebenarnya bukan mengenai layak atau tidak layaknya kondisi air di Brasil untuk mendukung keberlangsungan Olimpiade dan memastikan kesehatan mereka yang berpartisipasi.
Masalahnya apabila diteliti dari bagian akar adalah krisis air di sejumlah negara baik yang sudah maju dan sedang berkembang, jauh lebih penting lantaran menjadi faktor utama untuk mendukung keberlangsungan hidup manusia di lokasi-lokasi yang ketersediaan airnya masih minim.
Seorang pakar lingkungan bernama Arjen Y. Hoekstra mengatakan bahwa kasus kondisi air di Rio yang terbilang kurang bersih tidak ada apa-apanya dibandingkan kasus berjangka panjang, pembawa dampak berskala global yaitu kurangnya atau tidak adanya akses ke air bersih.
“Krisis kekurangan air merupakan salah satu masalah terbesar yang akan membawa dampak pada perekonomian global. Kasus ini secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi semua penduduk global lantaran banyak negara bergantung pada negara-negara dengan kondisi krisis kekurangan air untuk penyediaan sumber makanan,” ia menuturkan kepada New York Times saat diwawancarai secara eksklusif.
Dampak Pikiran Sempit
Kepala pimpinan eksekutif komite Olimpiade Amerika Serikat, Scott Blackmun turut menanggapi berita miring terkait kondisi air yang dinilai tidak layak bagi kesehatan para atlet.
Ia mengaku tidak bermasalah dengan situasi yang ia pikir masih berskala minim tersebut.
“Pada akhirnya nanti kita semua akan menyadari bahwa risiko akan terus menghampiri, bukan hanya soal kelayakan air saja, tantangan itu datang dalam bentuk yang berbeda, ada yang dikemas dalam bentuk aksi teror adapula yang terjadi secara tak terduga dan tak terhindarkan seperti bencana alam,” jelasnya, mengutip Los Angeles Times, Kamis (11/8/2016).
Terlebih, ia juga mengungkap kecemasan banyak orang di area ajang Olimpiade Rio lebih pada potensi penyebaran virus Zika dibandingkan kondisi airnya yang kotor akibat sampah menumpuk.
Advertisement