Liputan6.com, Purwakarta - Kereta kencana Ki Jaga Raksa milik Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, sempat memicu kontroversi. Sebagian menganggap kereta itu menjadi tempat bersemayamnya penguasa pantai selatan Ratu Kidul, sementara sebagian lagi menudingnya sebagai simbol kemusyrikan.
Kereta yang biasa diparkir di Balai Kota Purwakarta itu dipinjam pemerintah pusat. Rencananya kereta tersebut bakal digunakan untuk membawa bendera pusaka pada upacara kemerdekaan ke-71 Republik Indonesia di Istana Negara pada 17 Agustus 2016. Kereta itu bakal mendampingi anggota Paskibraka yang membawa bendera duplikat.
Menurut Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, kereta itu diminta oleh Presiden Joko Widodo untuk dipinjam terhitung sejak hari ini, Kamis (11/8/2016). Tadi pagi prosesi penurunan kereta dilakukan. Setelah prosesi itu, kereta langsung dibawa ke Jakarta.
Dedi mengatakan peminjaman kereta kencana Ki Jaga Raksa menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakatnya. Sebab, kereta tersebut merupakan ikon Purwakarta yang menjadi cerminan refleksi sejarah kebudayaan di kota tersebut.
"Kereta kencana ini ikon. Khusus pada upacara peringatan Hari Kemerdekaan tahun ini, bendera pusaka akan dibawa oleh Ki Jaga Raksa. Tentu, ini merupakan kebanggaan untuk seluruh masyarakat Purwakarta," Kata Dedi di Bale Nagri Purwakarta.
Baca Juga
Advertisement
Dengan memilih kereta tersebut, kata Dedi, Jokowi berhasil memadukan unsur tradisi dan unsur kekinian dalam tatanan kenegaraan. Hal itu, kata dia, penting karena Indonesia memiliki tradisi kebudayaan yang kuat.
"Pak Jokowi memiliki intuisi kebudayaan yang luar biasa. Intuisi ini mulai muncul dalam tatanan kenegaraan. Saya kira ini bagus karena Indonesia ini kaya akan kebudayaan Nusantara. Nanti itu dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan, beliau ingin memadukan budaya militer kerajaan dan budaya militer kekinian," tutur Dedi.
Terinspirasi dari Jokowi, Dedi berencana membuat upacara peringatan Hari Kemerdekaan yang serupa. Itu karena menurut dia masih sangat jarang upacara bendera yang memadukan unsur tradisional dan unsur modern.
"Bukan tidak mungkin kita di Purwakarta melakukan hal yang sama seperti Pak Jokowi lakukan. Selama ini SOP upacara bendera selalu dinilai kaku dan membosankan. Kalau kita tambahkan ornamen tradisional tentu ini perubahan terhadap sejarah. Patut kita apresiasi tentunya," ujar Dedi.