Liputan6.com, Jakarta Selalu tampil dengan pakaian santai dan bercelana jins, Olyvia Bendon, wanita asal Tana Toraja ini mengungkapkan kecintaannya pada Aceh karena banyak membaca sejarah tentang perjuangan Malahayati. Malahayati merupakan salah satu pejuang perempuan asal Aceh yang tercatat sejarah pernah memimpin 2000 pasukan Inong Balee melawan penjajah tahun 1599.
Tim Liputan6.com berhasil menemui dan berbincang dengan Olyvia Bendon, Sabtu (6/8/2016). Olyvia Bendon adalah seorang travel bloger yang pernah masuk sebagai 50 Creative Youth Women Netizen 2015 versi The Marketeers. Perempuan yang kerap diundang Kementerian Pelancongan Malaysia ini mengungkapkan banyak hal tentang pariwisata Indonesia hingga kejutan yang ingin disiapkan untuk Aceh, sebagai bentuk kecintaannya pada Serambi Mekah.
Olive juga kerap diundang sebagai pembicara sebagai narasumber dalam topik-topik pariwisata. Perempuan yang kini memilih untuk menjadi freelancer ini juga masih kerap menulis tentang perjalanannya di blognya obendon.com. berikut petikan wawancaranya dengan finalis Blogger Wanita terbaik Bloscar Travel 2013 ini.
Baca Juga
Advertisement
Siapa yang pertama kali menjuluki Anda sebagai travel bloger penjelajah kuburan?
Awalnya aku dulu pernah diwawancarai oleh salah satu tabloid. Wawancara itu diberi judul penjelajah kuburan. Aku sendiri nggak pernah menciptakan brand bahwa aku tukang penjelajah kuburan. Namun, kemudian hobi aku memang suka jalan-jalan ke kuburan. Akhirnya ketika baca tabloid itu, ya kenapa enggak? Aku ciptakanlah brand tukang kuburan.
Anda sendiri sebetulnya berasal dari Tana Toraja, tapi mengapa setiap traveling ke Aceh? Apakah Anda merasa seperti pulang ke kampung halaman sendiri? Apa yang menyebabkan demikian?
Rasa cinta sih...rasa cinta terhadap Aceh. Aku mendalami Aceh, menyelami Aceh karena aku suka sejarah. Dari sejarah itulah aku berkenalan dengan sosok seorang perempuan yang sangat terkenal dari Aceh. Walaupun namanya mungkin tenggelam diantara generasi-generasi sesudahnya. Dialah Laksamana Malahayati.
Ketika aku pertama kali baca tentang beliau, aku merasa kok kayaknya aku dipanggil.
Kapan Anda baca kisah tentang Laksamana Malayahati?
Itu baru kok, kira-kira tahun 2011-an lah! Sebelumnya aku pernah dengar namanya, tapi tidak yang sampai penasaran. Siapa sih dia kok namanya di pakai sebagai nama Kapal Perang Republik Indonesia (KRI). Nah, di KRI itu akan ada tiga nama perempuan tuh. Cut Nyak Dien, Martha Khristina Tiyahahu dan Malahayati.
Terus dimana-mana terutama di TNI AL itu banyak sekali menggunakan nama Malahayati. Barulah pada tahun 2011, aku penasaran siapa sebenarnya sosok Malahayati itu. Dari situlah aku mulai mencari informasi. Dan itulah yang membawa aku ke Aceh.
Mungkin orang lain berpikir absrud jika mendengarnya, tapi aku merasa bahwa beliau itu adalah ibuku.
Travel Bloger Tukang Kuburan
Anda sangat berbeda dengan travel blogger lain yang sekadar jalan-jalan kemudian menulis. Apa yang membawa Anda hingga mendatangi beberapa perpustakaan untuk meneliti dokumen-dokumen kuno, bahkan mencarinya hingga ke luar negeri? Apa yang membuat Anda tergerak hingga harus meneliti begitu dalam?
Awalnya sih iseng. Jadi, aku pernah baca sih, seseorang pernah mengatakan begini "Kalau kamu menemukan suatu buku bacaan dan kamu tidak menemukan apa yang kamu cari, kamu harus menciptakannya sendiri."
Nah, aku kan gak begitu banyak menemukan informasi-informasi yang aku cari. Ya otomatis aku ke perpustakaan, cari online, kalau sedang jalan-jalan gak sengaja, aku pasti cari informasi tentang sejarah. Aku ingin berbagai dengan yang lain bahwa kita harus mencintai sejarah.
Dari mana Anda mendapatkan ide untuk datang ke tempat wisata yang terkadang orang lokal di daerah itu bahkan belum tentu pernah mengunjunginya seperti yang Anda lakukan saat mendatangi Benteng Inong Balee di Aceh?
Ketika membaca kisah Malahayati saya jadi tahu bahwa beliau punya benteng, beliau punya pasukan. Lalu yang pertama kali terpikir adalah kalau orangnya pernah ada, pasti ada kuburannya. Itulah yang biasanya pertama aku cari. Yang kedua, kalau dia pernah punya pasukan dan pernah punya benteng, pasti masih ada jejaknya.
Ketika aku baca tentang sejarah beliau, ternyata beliau punya benteng Inong Balee. Referensinya aku dapatkan dari membaca. Biasanya sih lewat browsing. Beberapa aku ke perpustakaan gak ketemu referensinya. Bahkan referensinya aku temukan sumbernya dari luar.
Aku juga baca salah satu novel karya Endang Moerdopo tentang Perempuan Keumala itu khusus tentang beliau.
Anda kerap diundang oleh Kementerian Pariwisata Malaysia. Bahkan dalam satu kesempatan Anda pernah mengungkapkan Pariwisata Indonesia kurang agresif, apa sebetulnya poin penting yang harus dibangun dalam Pariwisata Indonesia agar kekayaan budaya dan sejarah bisa dipahami bangsa?
Sebetulnya jika dibilang kurang agresif, kalau kita lihat makin ke sini, Kementerian Pariwisata Indonesia sudah mulai lebih aktif. Baru minggu lalu mereka telah membuat program Trip of Wonder dengan mengundang beberapa travel blogger dari Asia Pasifik untuk keliling ke beberapa daerah seperti Makassar, Bali, Lombok dan salah satu destinasi di daerah Jawa.
Nah itu untuk rombongan pertama. Next sepertinya pada rombongan kedua akan menggandeng blogger dari Eropa. Jadi, mereka memang sedang gencar-gencarnya mempromosikan Pariwisata Indonesia melalui media sosial juga lewat blogger.
Advertisement
Travel Bloger Tukang Kuburan
Nah, memang sih agak telat ya. Tapi ya udah ada kemajuan sih. Dan yang aku lihat juga kenapa kita kurang agresif, sebenarnya sih mungkin kembali pada pola pikir. Kita itu terlalu sombong sebenarnya, Indonesia itu terlalu sombong karena kita punya semua kekayaan. Apa sih yang enggak ada di sini? Gitu kan!
Kita punya kekayaan alam. Laut, darat, gunung, semua ada. Saking lengkapnya kita enggak pengin menjual itu semua. Yang dijual ya hanya itu-itu saja. Bali, Lombok, daerah lain itu tidak dilihat.
Sementara Malaysia, saking tidak punya apa-apa, mereka justru menciptakan sendiri. Mereka menciptakan dengan kreatif. Padahal kalau kita lihat, orang-orang di Malaysia itu memiliki kekerabatan dengan orang Indonesia.
Apa tips Anda dalam menulis terutama untuk menggugah pembaca sehingga pembaca merasa mendapatkan sebuah oase dalam artikel yang ditulis?
Aku sih nulisnya jangan berat-berat ya. Jadi lebih dibuat sederhana apa yang kita rasakan, apa yang dilihat. Sejarah itu agak susah bagi sebagian orang. Aku lebih ke ngerasain bukan sekadar menghafal tanggal-tanggal.
Apa impian Anda yang belum tercapai?
Aku ingin bikin sesuatu untuk Aceh. Aku punya draft yang sudah tiga tahun aku garap untuk diselesaikan, isinya tentang perjalanan aku ke Aceh. Ada satu karya seni juga yang aku siapkan bekerja sama dengan beberapa pekerja seni. Doakan aja ya.
Apa pesan Anda untuk pembaca Liputan6.com?
Marilah kita mencintai Indonesia dengan belajar dan mendalami sejarah.
Dapatkan tiket pesawat harga promo hanya di Reservasi.com