Liputan6.com, Jakarta - Kalangan pengusaha yang tergabung dalam asosiasi Real Estate Indonesia (REI) mengeluhkan rendahnya realisasi pembangunan Sejuta Rumah yang menjadi salah satu program prioritas pemerintah Joko Widodo (Jokowi). Kendala terbesar ada di persoalan infrastruktur yang kurang memadai.
Ketua Umum REI, Eddy Hussy usai Rapat Koordinasi dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, mengungkapkan dari target pembangunan 120 ribu unit rumah di semester I-2016, realisasinya diperkirakan kurang dari yang diharapkan.
"Kuartal I saja, pembangunan rumah sekitar 40 ribu-50 ribu unit rumah, sedangkan kuartal II belum masuk angkanya. Tapi secara keseluruhan realisasinya di bawah target walaupun kita akan lihat di semester II," terang Eddy di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis (11/8/2016).
Baca Juga
Advertisement
Lebih jauh dijelaskannya, ada beberapa kendala pencapaian pembangunan rumah untuk program Sejuta Rumah gagal terwujud di paruh waktu tahun ini. Sebut saja, hambatannya masalah listrik, air bersih, dan infrastruktur pendukung lain, pembebasan lahan hingga perizinan.
"Masalah klasik sih, misalnya di daerah tertentu belum ada saluran listrik, kabel listrik dan lainnya, kita terus berkoordinasi dengan PLN. Memang semua pihak mendukung program Sejuta Rumah, tapi kita tidak hanya bangun rumah, kalau tidak ada listriknya, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) juga tidak bisa jalan," terang Eddy.
Dirinya berharap, program pengampunan pajak (tax amnesty) dapat memberikan dorongan peningkatan investasi di sektor properti sehingga pertumbuhan properti lebih menggeliat dari target sekitar 10 persen di tahun ini.
"Tax amnesty masuk bisa dorong program Sejuta Rumah. Kalau ekonomi kita bagus, bunga bank bisa turun, pinjam bunga bank lebih murah, jadi pasti bisa masuk ke semua sektor," pungkas Eddy. (Fik/Gdn)