Liputan6.com, Jakarta - Hampir 20 tahun berlalu sejak kematian Putri Diana di sebuah terowongan di Paris, Prancis, sebab-sebab kematiannya masih menjadi perbincangan. Berbagai teori berkembang tentang alasan sebenarnya kematian Lady Di. Saat itu, kendaraan yang ditumpanginya dipacu dengan kecepatan tinggi ketika sedang dikejar-kejar oleh sejumlah wartawan yang mengendarai sepeda motor.
Tapi ada saja yang menduga pengejaran itu sebagai intimidasi mantan istri Pangeran Charles itu karena sedang berduaan dengan kekasihnya, Dodi Al Fayed. Muncullah dugaan 'pembunuhan' Lady Di sebagai upaya mencegahnya menikahi kekasihnya yang muslim. Teori ini paling populer bagi pembaca Liputan6.com kanal Global edisi Jumat (12/8/2016) pagi
Advertisement
Soal kematian oleh tangan penguasa tidak selalu melibatkan tokoh-tokoh penting. Warga biasa juga bisa terancam dihukum mati oleh yang berwenang karena berbagai alasan, misalnya jika kedapatan berfoto selfie. Pesenam Korea Utara, Hong Un-jong (27) terancam dihukum mati oleh penguasa Korut karena melakukan selfie dengan lawannya dari Korea Selatan, Lee Eun-ju (17) dalam Olimpiade 2016.
Lalu, selain teori-teori pembunuhan Lady Di dan ancaman hukuman mati atlet Olimpiade, pembaca terbenam dalam paparan isi sebuah buku petuah seks abad ke-19. Ada beberapa hal yang menurut ukuran masa kini tidak masuk di akal, tapi begitulah adanya. Misalnya, jangan melamun ketika melakukan hubungan seks. Sebetulnya, hal itu masuk akal bukan?
Berikut adalah Top 3 Global untuk ini:
1. Putri Diana Sengaja 'Dibunuh' Agar Tak Menikahi Seorang Muslim?
Tak hanya awal mula perselingkuhan Putri Diana dengan Kapten James Hewitt dari Household Calvary yang terlontar dari bibir Ken Wharfe--seorang perwira Inggris yang ditugaskan untuk mengawal mantan istri Pangeran Charles itu. Sang bodyguard juga mengungkap rahasia detik-detik terakhir Lady Di dan fakta di balik kejadian tragis yang menimpanya.
Putri Diana tutup usia secara dramatis. Kala itu, pada 31 Agustus 1997, ia meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan mobil di terowongan Paris, Prancis. Nyawa kekasihnya, Dodi Al Fayed, juga ikut melayang.
Pada saat bersamaan, Ken Wharfe sedang berbaring di sebuah pondok liburan di Dorset, Inggris. Malam itu cuaca sungguh gerah. Waktu pun berlalu, dinihari sekitar pukul 04.00, ketenangannya pecah oleh suara getaran pager. Sesuai pesan, ia kemudian segera mengontak pimpinan Royalty And Diplomatic Protection Department, Dai Davies.
"Aku punya berita buruk," kata Davies kala itu, tanpa basa-basi. Namun, apa yang kemudian disampaikannya bak petir di siang bolong. "Princess of Wales tewas dalam kecelakaan lalu lintas di Prancis malam tadi."
2. Eksekusi Mati Ancam Atlet Olimpiade Korut yang Selfie?
Tersenyum lebar, dua atlet senam Olimpiade Rio 2016 menghadap layar ponsel dan mengabadikan foto selfie mereka. Tak ada yang aneh dengan adegan itu. Namun bendera yang menempel di kostum masing-masing mengungkapkan banyak hal.
Foto yang menunjukkan keakraban pesenam Korea Utara, Hong Un-jong (27) dan rivalnya dari Korea Selatan, Lee Eun-ju (17), mendadak sontak menggegerkan dunia. Sebab, keduanya berasal dari negara yang saling bermusuhan.
Dua Korea secara teknis masih bertempur karena Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
Selain banjir pujian--bahwa foto selfie tersebut menunjukkan semangat persahabatan dan persatuan Olimpiade, sejumlah orang mempertanyakan nasib Hong Un-jong sepulangnya ke Korea Utara.
3. Petuah Soal Hubungan Seksual dari Abad ke-19, Apa Saja?
Bagi beberapa pasangan suami dan istri pada masa kini, ada banyak sumber informasi yang mendatangkan inspirasi tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu hubungan intim.
Ada begitu banyak saran yang bisa dipertimbangkan. Meski, cukup banyak juga nasehat-nasehat asal-asalan yang beredar.
Apapun, setidaknya pengetahuan kita tentang seks saat ini telah lebih baik dibandingkan dengan pengetahuan nenek moyang kita pada tahun 1800-an.
Dikutip dari Smithsonian Magazine pada Kamis 11 Agustus 2016, Dan Piepenbring mencoba menelusuri sebuah buku 64 halaman yang diterbitkan pada 1861.
Pada hakikatnya, buku ini merupakan kumpulan nasehat-nasehat tentang seks di masa itu. Piepenbring mencoba membeberkan beberapa kutipan menarik dari buku karya pengajar fisiologi bernama James Ashton tersebut.
Salah satu contohnya, dalam buku tersebut dituliskan bahwa orang yang berkecenderungan (predisposisi) mengidap penyakit tertentu dilarang melakukan hubungan seks sebelum makan, atau jangan buru-buru melakukannya setelah makan.