Liputan6.com, Jakarta - Michael Phelps tampil luar biasa dalam Olimpiade Rio 2016. Ia merajai ajang renang dengan memenangkan 4 medali emas.
Total, atlet Amerika Serikat itu mengumpulkan 22 medali emas -- rekor tertinggi sepanjang sejarah gelaran olahraga sejagat selama 2.160 tahun.
Advertisement
Namun, selain prestasinya, Phelps menarik perhatian gara-gara penampilannya yang tak biasa. Ada sejumlah bulatan merah besar yang bertebaran di badan sang atlet AS. Apa gerangan?
Phelps bukan merupakan satu-satunya atlet Olimpiade yang memiliki bekas 'memar' yang ternyata adalah dampak terapi bekam itu. Beberapa olahragawan renang dan senam lainnya juga terlihat memiliki bulatan merah yang sama.
Seperti dikutip dari Snithsonianmag.com, Jumat (12/8/2016), demi mendapatkan kehormatan dan kemenangan, para atlet bersama dengan pelatih mereka melakukan segala cara untuk meningkatkan performa.
Bukan hanya asupan gizi dan menggunakan teknologi canggih untuk memaksimalkan hasil latihan. Mereka punya cara yang terbilang 'aneh' yang bahkan mampu bikin para ilmuwan mengeryitkan dahi.
Berikut 5 metode peningkatan stamina atlet yang tak disangka dan dituding aneh:
1. Bekam
Praktik kesehatan paling populer selama Olimpiade Rio 2016 adalah bekam. Bekam menggunakan tabung bulat yang terbuat dari gelas kaca atau plastik, ditempelkan di tubuh dengan menghangatkan tabung atau menempelkan alat penyedot.
Alat tersebut berfungsi untuk menyedot darah mengandung toksin, dikeluarkan melalui pori-pori ke permukaan kulit. Praktik kesehatan tersebut dipercaya dapat memperlancar peredaran darah.
Namun, penelitian ilmiah tidak sepenuhnya setuju dengan keefektifan terapi kuno tersebut.
Menurut laporan seorang reporter sains, Brian Resnick, pengguna bekam percaya bahwa terapi tersebut dapat mengurangi rasa sakit dan membantu proses penyembuhan.
Namun faktanya, Renick merujuk ke beberapa penelitian, bekam hampir tidak memiliki efek apa pun terhadap tubuh.
"Bekam hanya menimbulkan efek plasebo -- sugesti pengobatan yang membuat seseorang percaya mereka sembuh atau sehat karena suatu obat," kata Renick.
Sementara itu, seorang wakil direktur National Institutes of Health’s National Center for Complementary and Integrative Health, Dr. Davis Shurtleff mengatakan, bekam masih jadispekulasi.
"Tidak ada bukti ilmiah yang menjelaskan keefektifan bekam," kata Davis.
Bisa Tawon Asia
2. Bisa Tawon Asia
Pada Olimpiade 2000 di Sydney, Australia, seorang pelari jarak jauh asal Jepang, Naoko Takahashi, mencetak rekor baru dalam kategori maraton wanita.
Setahun setelah itu, Naoko kembali mencetak rekor sebagai pelari maraton tercepat di Berlin. Apa rahasianya? Ia mengaku mengonsumsi minuman yang berasal dari berasal dari bisa tawon 'raksasa' Asia.
Seorang peneliti di Institute of Physical and Chemical Research, Takashi Abe, menemukan asam amino yang dihasilkan oleh Vespa mandarinia atau tawon raksasa Asia.
Melalui beberapa percobaan, Abe berhasil menyatukan asam amino dari bisa penyengat itu, dengan minuman energi yang disebut VAAM (Vespa amino acid mixture).
Minuman itulah yang dikonsumsi Naoko dan pelari Jepang lainnya untuk meningkatkan performa lari mereka.
Menurut Charlie Norton di Vice, asam amino berfungsi untuk memperlancar metabolisme dan membakar lemak, serta memberikan sedikit tambahan stamina.
Setidaknya sebuah penelitian menunjukkan, mengonsumsi VAAM memang meningkatkan asupan oksigen dan mengurangi lemak pada wanita yang lebih tua.
Walaupun begitu, penelitian ini memiliki sampel data yang tidak terlalu banyak, sehingga tidak bisa disimpulkan dengan pasti.
Advertisement
Plester Kinesio
3. Plester Kinesio
Pada Olimpiade Beijing 2008 dan London 2012, para penonton menyadari beberapa atlet menempelkan plester 'Kinesio' warna-warni di tubuh mereka.
Plester Kinesiologi atau Kinesio Tape pertama kali diproduksi pada 1970-an. Produk tersebut menjadi populer di kalangan olahragawan pada 2000-an.
Pita kapas tersebut berfungsi untuk mengangkat lapisan kulit ke atas, mencegah sakit otot. Terapi Kinesio juga berguna untuk menghilangkan tekanan pada rasa sakit, syaratnya jika plester itu ditempel oleh ahlinya.
Beberapa atlet, seperti bintang bola voli AS, Kerri Walsh Jennings, menggunakan plester tersebut pada Olimpiade Rio 2016.
Namun, tidak ada alasan ilmiah yang menyebutkan hal tersebut efektif. Menurut Kate Kelland dari Reuters, hanya sedikit bukti yang menujukan Kinesiologi membantu menghilangkan atau mengurangi sakit pada luka.
"Tidak terlalu banyak membantu seperti plester luka lainnya. Pita itu diduga digunakan sebagai hiasan, mode yang tenar dari zaman dulu. Tidak ada bukti yang cukup menunjukkan pita itu menghilangkan rasa sakit," kata Steve Harridge, seorang guru besar Human and Applied Physiology di King's College, London.
Altitude Chamber
4. Altitude Chamber
Para pelari elite biasanya sering mencari tempat di dataran tinggi seperti Mammoth, California, untuk menghirup udara pegunungan yang mengandung lebih sedikit oksigen dibandingkan dengan permukaan laut.
Geoffrey Rogow, dalam The Wall Street Journal, menjelaskan bahwa latihan di daerah tersebut meningkatkan kapasitas paru-paru dan daya tahan, serta jumlah sel darah merah.
Hal tersebut menjadi salah satu alasan, kenapa 98 persen atlet lari jarak jauh, berlatih di dataran tinggi sejak 1968.
Namun, tidak semua olahragawan dapat berlatih di lokasi tersebut. Oleh karena itu, ditemukanlah altitude chambers.
Altitude chambers merupakan tenda yang memiliki kadar oksigen yang sama atau disamakan dengan udara di atas puncak gunung.
"Michael Phelps dan Mo Farah merupakan dua orang dari beberapa atlet yang memiliki tenda tersebut. Sedangkan tim renang Australia memiliki mesin dengan kinerja yang sama, dipasangkan di kolam renang mereka," kata Rogow.
Masih belum ada kesimpulan yang menyatakan jelas, bahwa kamar tersebut terbukti efektif, seperti pergi ke daratan tinggi.
Penelitian pada 2005 menunjukkan ada beberapa peningkatan pada beberapa atlet, namun, tidak ada perubahan dalam masa hemoglobin darah.
Latihan di daratan tinggi memang terbukti efektif. Tapi, belum tentu dengan altitude chambers.
Advertisement
Jus Bit
5. Jus Bit
Selama beberapa tahun belakangan, atlet lari jarak jauh Olimpiade seperti Mo Farrah, Dylan Wykes, dan Ryan Hall, mengaku mengonsumsi jus bit sebelum bertanding.
Teori menyatakan, nitrat yang terkandung dalam jus merah pekat itu, memperbesar aliran darah ke otot selama melakukan latihan.
Namun, beberapa penelitian dari Penn State menunjukkan, tidak ada efek bermanfaat dari mengonsumsi buah tersebut, terhadap aliran darah.
"Buah bit memang memperkental darah, sehingga membuat jantung bekerja lebih efektif. Dampaknya mungkin akan lebih terlihat, jika tubuh melalui latihan yang lebih keras, seperti lari maraton," kata tim peneliti Penn State.
Walaupun begitu, ada beberapa petunjuk yang mengidentifikasikan jus bit memiliki sedikit 'kekuatan super'.
Alistair Bland dari NPR melaporkan, penelitian lainnya yang baru-baru ini dilakukan, menujukan jus tersebut meningkatkan kekuatan otot pada pasien gagal jantung, sebanyak 13 persen.
Sementara, studi lainnya juga membuktikan bit dapat membantu pasien penyakit kronis paru-paru COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease), meningkatkan kinerja untuk melakukan latihan.