Liputan6.com, Jakarta - Tingkat keterpilihan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta 2017 di berbagai survei sangat kuat. Hampir di tiap survei yang dirilis sejumlah lembaga, Gubernur DKI Jakarta itu selalu menempati urutan atas, jauh meninggalkan pesaingnya. Dia juga didukung oleh tiga parpol yaitu Golkar, Nasdem, dan Hanura.
Kuatnya posisi Ahok itu membuat sejumlah parpol non-Ahok berputar otak mencari kompetitor yang seimbang untuk melawan mantan Bupati Belitung Timur itu. Nama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini kemudian disebut-sebut sebagai sosok yang layak memimpin DKI Jakarta. Risma dinilai memiliki kinerja baik dan etika santun.
Advertisement
Ahok beberapa kali mengungkapkan kesannya dengan kinerja Risma dalam menata kota Surabaya. Dia juga menuturkan, selama menjadi Gubernur DKI Jakarta, banyak belajar dari Risma dalam memimpin Kota Surabaya. Menurut Ahok, apa yang dilakukan Risma di Surabaya, dia terapkan untuk mengembangkan Jakarta menjadi lebih baik.
Namun, seiring dengan Pilkada DKI Jakarta 2017, hubungan keduanya mulai memanas. Apalagi setelah banyak dukungan dari masyarakat dan parpol yang mulai menjagokan Risma sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta. Berikut rangkuman seteru Ahok dan Risma:
1. Ahok: Bu Risma Orang Bagus, Layak Jadi Gubernur
Ahok menilai wajar saja Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dicalonkan untuk menduduki jabatan sebagai Gubernur DKI Jakarta. Sebab, kiprah serta prestasinya tak bisa dipandang sebelah mata.
"Saya kira kompeten lah bisa jadi Wali Kota Surabaya. Orang Wali Kota Solo aja bisa jadi presiden kok," ujar Ahok di Gedung Kesenian Jakarta, Minggu, 31 Juli 2016.
Dia juga menambahkan, semakin banyaknya kandidat berkualitas yang mencalonkan diri justru akan disambut dengan tangan terbuka. Sebab, terlepas dari siapa yang memimpin, Jakarta sebagai ibu kota negara Indonesia merupakan gambaran nasional.
"Saya kira bagus. Makanya saya katakan Jakarta kan ibu kota, ini kan gambaran nasional. Ini orang bagus nyalon, orang Jakarta punya pilihan banyak, jadi yang diuntungkan orang Jakarta. Kalau cuma pilih saya sendiri kan rugi dong," sambung Ahok.
2. Surabaya Lebih Besar dari Solo
Ahok beranggapan Tri Rismaharini sebenarnya setuju jika dicalonkan menjadi gubernur DKI Jakarta 2017. Hal tersebut disebabkan oleh sikap Risma yang tidak pernah menolak dengan tegas untuk diajukan sebagai calon gubernur DKI Jakarta oleh PDIP.
"Seingat saya Bu Risma pernah ngomong, 'coba nanti dicek ya, kan Surabaya lebih besar dari pada Solo. Wali Kota Solo (Jokowi) bisa jadi Presiden, masa Wali Kota Surabaya enggak bisa'?" ujar Ahok menirukan ucapan Risma.
Kepala Bagian (Kabag) Humas Pemkot Surabaya M Fikser langsung mengklarifikasi komentar Ahok tersebut.
"Di situ kan diminta cek. Ya kita cek. Dan hasilnya tidak pernah ada statement Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang seperti itu," kata Fikser di Surabaya, Senin, 1 Agustus 2016.
Fikser melanjutkan, pengecekan yang dilakukannya itu merupakan bagian dari koridor kehumasan. Seluruh dokumen baik foto, video, maupun rekaman suara Wali Kota Surabaya di berbagai kegiatan, semuanya terarsip oleh bagian Humas.
Fikser juga mempersilakan para awak media bilamana menemukan arsip dokumentasi yang memuat pernyataan tersebut. "Silakan rekan-rekan media kalau punya arsipnya bisa tunjukkan ke kami," ucap Fikser.
Dia menegaskan, selain melaksanakan tugas klarifikasi atas nama lembaga kehumasan Pemkot Surabaya, langkah ini juga dimaksudkan agar tidak terjadi kegaduhan. Sebab, yang memberikan pernyataan di media online tersebut adalah pejabat publik.
Setelah mendengar amarah pihak Pemkot Surabay tersebut, esok harinya Ahok langsung meminta maaf. Mantan Bupati Belitung Timur itu mengaku tidak bermaksud menyindir siapa pun.
"Makanya saya suruh cek, kalau salah ya sorry," ujar Ahok di Balai Kota Jakarta, Selasa, 2 Agustus 2016.
Surabaya Sebesar Jakarta Selatan
3. Risma Tak Mau Jadi Wakil Gubernur
Gubernur DKI Jakarta Ahok enggan berpasangan dengan Tri Rismaharini. Menurut dia, Risma juga tidak akan bersedia jika harus dijadikan sebagai wakil. Sedangkan Ahok pun beranggapan tak masuk akal jika harus mundur dari posisinya saat ini sebagai petahana, menjadi wakil gubernur.
"Bu Risma mana mau jadi wakil, maunya gubernur. Nah kalo saya masa saya dari gubernur jadi wakil," ujar Ahok.
Ahok pun menegaskan, walau hanya diusung 3 partai yaitu Nasdem, Hanura, dan Golkar, ia tetap optimistis menang di Pilkada DKI Jakarta. Meskipun lawannya Risma, yang diusung oleh koalisi partai-partai besar.
"(Wakil gubernur) kan sudah ada. Wakil sekarang namanya Djarot. Wakil independen namanya Heru," ucap Ahok sambil tertawa.
"Saya tetap yakin (dengan dukungan yang ada), enggak masalah kalau ada (cagub) yang lain," sambung pria berkacamata itu.
4. Surabaya Itu Cuma Jakarta Selatan
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok juga mengaku ingin banyak belajar dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini terkait permasalahan kelola kota. Ahok mengakui kondisi trotoar di Surabaya jauh lebih manusiawi jika dibandingkan dengan trotoar di Jakarta.
"Memang, memang. Makanya kita mau belajar dari Bu Risma," kata Ahok di Balai Kota Jakarta, Kamis, 11 Agustus 2016.
Meski begitu, Ahok mengingatkan bahwa Kota Surabaya tidak sebesar Jakarta.
"Jakarta beda banget sama Surabaya, Surabaya trotoarnya sudah rapi, Jakarta kok belum? Nah, itu yang sehat (pembandingan antar cagub). Kita akan jelaskan kepada masyarakat, Surabaya itu cuma Jakarta Selatan. Gitu, loh," ujar Ahok.
Ucapan Ahok itu sontak direspons Risma. Risma, dalam konferensi pers yang ia gelar, tersinggung dengan ucapan Ahok yang membandingkan Surabaya hanya seluas Jakarta Selatan. Dia juga takut warga Surabaya akan marah jika hal ini tidak segera diklarifikasi.
"Sebagai warga Surabaya, aku punya harga diri. Semua tahu bagaimana karakter orang Surabaya. Makanya sebelum warga Surabaya marah, biar saya yang ngomong duluan," ucap Risma dengan nada marah, Kamis, 11 Januari 2016.
"Kalau ngomong harus pakai data. Saya kalau ngomong selalu pakai data. Bukan berarti saya sombong, tapi saya enggak mau kalau Surabaya itu dibandingkan terus. Saya paham, dia lebih besar, dia gubernur, saya wali kota. Tapi janganlah berbuat sampai warga Surabaya marah," sambung Risma.
Advertisement
Risma Terbawa Perasaan
5. Risma 'Baper'
Merespons pernyataan Risma, Ahok merasa bahwa Wali Kota Surabaya itu terlalu terbawa arus media. Sebab, dia hanya berusaha menjawab pertanyaan dari media yang menanyakan Risma akan ikut Pilkada dan memiliki keunggulan dengan pengelolaan trotoar di Surabaya lebih baik dari Jakarta.
Ia juga tidak bermaksud untuk membandingkan luas kota Jakarta dan Surabaya. Yang dimaksud Ahok adalah perbandingan Adipura, bukan luas geografis.
"Soal banding-bandingin tuh gini, bukan luas. Bandinginnya enggak gitu. Misalnya Adipura. Adipura itu bandinginnya apa? Surabaya dengan Jakarta Pusat, Jaksel. Wali Kota sama gubernur beda nama lho. Jadi itu yang saya maksud, Surabaya itu setaranya itu kayak Jaksel, kan sama-sama kota," jelas Ahok.
Ahok mengaku sejak dulu konsisten ingin belajar banyak dari pemerintah Kota Pahlawan itu. "Kamu liat konsisten saya. Saya selalu bilang belajar banyak dari Bu Risma. Saya bilang, saya pengen banyak kepala daerah (yang baik) ikut (Pilkada DKI)," kata Ahok.
Ahok bahkan mencontohkan masalah perizinan online hingga fasilitas di rumah sakit yang ia petik dari hasil pembelajarannya terhadap Risma.
"Saya panggil PTSP (dulu), eh Surabaya banyak sekali lho izin online. Masa punya kamu enggak belajar. Lo ke sana Surabaya belajar deh. Jadi saya justru mengikuti apa yang Surabaya lakukan. Jadi ini emang gara-gara (media) aja nih melintir, haduh," ucap dia.
Tegas dia, seharusnya tak ada salah paham antara dirinya dengan Risma. Sebab menjelang pilkada, banyak isu mengadu domba yang datang silih berganti.
"Gue bingung, gara-gara lo (media) Bu Risma jadi baper, marah, konferensi pers seolah-olah aku diadu domba sama beliau. Kan saya bilang, saya senang kalau semua kepala daerah yang berhasil, nyalon gubernur. Supaya waktu nyalon gubernur itu terjadilah dialog kinerja, bukan SARA," tandas Ahok. (Winda Prisilia)