Liputan6.com, Bangkok - Wanita bernama lengkap Diana Spencer, atau lebih dikenal sebagai Lady Diana mencuri perhatian dunia setelah menjadi istri pertama Charles, Pangeran Wales sekaligus putra mahkota Ratu Elizabeth II.
Pernikahan Putri Diana dan Pangeran Charles yang seperti cerita negeri dongeng pun digelar kala itu, pada 29 Juli 1981, di Katedral St Paul London. Sekitar 750 juta pasang mata di seluruh dunia menyaksikan momen royal tersebut.
Advertisement
Namun sayang, cerita bak negeri dongeng itu tak berakhir bahagia. Bahtera rumah tangga keduanya dilanda prahara. Meski tak banyak terekspos publik.
"Setelah Harry lahir, pernikahanku dengan Charles sudah tamat. Aku mencoba, terus mencoba, tapi dia menolak aku. Kami sudah pisah ranjang selama 2 tahun," ungkap Ken Wharfe, perwira yang ditugaskan menjaga Putri Diana atau Lady Di seperti dimuat Daily Mail yang Liputan6.com kutip Sabtu (13/8/2016).
Setelah Harry lahir, atau bahkan sebelum itu, Charles mulai kerap menemui Camilla Parker Bowles -- kekasih masa lalunya. Merasa tercabik-cabik oleh pengkhianatan suaminya, sang Putri merasa siap untuk berselingkuh.
Diana pun akhirnya menjalin cinta dengan seorang perwira bernama Kapten James Hewitt dari Household Calvary.
Sang Kapten bertemu dengan Lady Diana pada awal 1986 dalam suatu pesta yang digelar oleh pendamping pengantin wanita, Hazel West. Ia hampir saja batal hadir karena ada undangan makan malam sebelumnya.
Seandainya dia tetap hadir dalam acara makan malam itu, maka salah satu perselingkuhan paling terkenal ini mungkin tidak akan pernah terjadi.
Diana mengisahkan pertemuan mereka yang pertama dan dari cara bicaranya jelaslah bahwa ia mengagumi pria tersebut, bahkan setelah mereka menjauh. Obrolan pertama mengalir alamiah, katanya, dan inilah yang memicu rasa tertariknya. Menurutnya, mereka langsung cocok.
Secara alamiah, Hewitt adalah seorang penakluk wanita. Ia mencurahkan perhatian dan kasih sayang yang didambakan Diana, sehingga hatinya pun tercuri.
Hewitt mengaku kepada Diana bahwa ia adalah seorang pelatih berkuda. Ketika Diana mengaku takut kepada kuda, ia menawarkan bantuan untuk mengatasi rasa takut itu. Mereka pun membuat janji pertemuan berikutnya, lalu berlanjutlah hubungan terlarang keduanya.
Kisah itu pertama kali terkuak dari bibir Ken Wharfe--seorang perwira Inggris yang ditugaskan untuk mengawal mantan istri Pangeran Charles.
Diana merasa dikhianati karena Hewitt memilih karir ketimbang dirinya. Pada awalnya Diana melakukan segala sesuatu untuk mencegah kepergian kekasihnya, bahkan mengancam akan bicara kepada atasan Hewitt.
Hewitt tersentak membayangkan Household Cavalry menghukum perwira yang berani-beraninya menggoda istri calon raja Inggris.
Ketika Hewitt menolak mengorbankan karirnya, Diana memupuskan perselingkuhan mereka. Perbincangan melalui telepon menjadi semakin jarang hingga akhirnya, tanpa memberi tahu Hewitt, Diana kemudian memutuskannya.
Diana menyangka, 'derajatnya' lebih tinggi daripada Charles yang tidak mampu mendepak Camilla.
Tapi kepergian mantan kekasih berdampak buruk kepadanya sehingga ia sering galau, terkadang menangis, dan bisa galak karena meluapkan amarahnya. Diana merasa dunia tak adil padanya.
Dokter Pakistan dan Pria Muslim
Dalam sebuah wawancara dengan majalah Vanity Fair, sahabat Diana, Jemima Khan, mengungkap bahwa sang putri "tergila-gila" dengan dokter ahli bedah jantung asal Pakistan Hasnat Khan.
Majalah Vanity Fair yang menerbitkan laporan itu pada Agustus 2013 menceritakan secara detail tentang affair dan upaya Diana untuk menutupinya. Bahkan memasang sampul wajah sang putri yang menyebutkan bahwa cinta sejati sang putri jatuh pada seorang dokter ahli bedah dari Pakistan itu.
Saking terpikatnya sang putri kepada Hasnat, Jemima mengatakan Diana bahkan mempertimbangkan untuk pindah ke Pakistan demi bisa bersama kekasihnya itu.
Dokter bedah muda usia ini berasal dari Pakistan dan bekerja 90 jam seminggu. Meski begitu, dia tinggal di sebuah apartemen kecil dengan satu kamar tidur.
Jemima menuturkan, selama kunjungan penggalangan dana ke Pakistan pada 1996, Diana secara rahasia bertemu keluarga Hasnat untuk mendiskusikan kemungkinan mereka menikah.
"Diana ingin tahu apa kesulitan yang telah aku lalui untuk beradaptasi dengan kehidupan di Pakistan," ujar Jemima dalam artikel berjudul "The Grandmother Prince George Never Knew" di Vanity Fair pada 2013 silam.
"Ia juga bertemu keluarga Hasnat secara diam-diam untuk mendiskusikan kemungkinan ia menikahi kekasihnya," kata Jemima.
Jemima juga mengungkap, Diana sangat putus asa untuk menarik hati ibu sang dokter. Namun, ibu Hasnat, Naheed Khan, tetap tak setuju menikahkan putranya dengan seorang perempuan Inggris.
"Bahwa anaknya akan menikahi seorang perempuan Inggris adalah mimpi buruk bagi ibu Pushtun yang konservatif," kata Jemima. Apalagi Hasnat adalah lelaki Pakistan tradisional, juga keluarganya yang konservatif. Mereka benci dengan publisitas.
Sehebat apa pun cinta Putri Diana kepada Hasnat, hubungan cinta mereka yang berawal pada 1995 hanya bertahan dua tahun.
Sahabat Diana yang lain, Rosa Monckton mengatakan, Hasnat memutuskan hubungan cinta mereka. Tapi, teman yang lain mengatakan, Diana yang ingin putus, karena sakit hati tak kunjung mendapat kepastian pernikahan.
Hubungan keduanya berakhir saat Diana bertemu dengan Dodi Al Fayed. Namun, menurut Rosa, hubungan dengan Dodi dijalani sang putri demi membuat Hasnat cemburu.
Kisah cinta Diana dan Hasnat diangkat ke dalam sebuah film berjudul Diana pada tahun 2013, yang dibintangi oleh aktris kenamaan Naomi Watts.
Pada 31 Agustus 1997, Diana dan Dodi Al Fayed tewas dalam kecelakaan mobil di Paris, Prancis, 31 Agustus 1997. Berselang delapan tahun kemudian, tepatnya pada 9 April 2005, Charles dan Camilla melangsungkan pernikahannya.
Ayah Dodi, Mohamed Al Fayed, mengklaim kecelakaan tersebut disengaja oleh sopir mobil Fiat Uno dan pengendara motor yang membutakan mata Paul dengan kilatan kamera.
Menurut Fayed, Keluarga Kerajaan, badan intelijen Inggris dan Amerika Serikat, ada di balik kejadian tragis itu. Diduga, hal itu untuk mencegah Diana menikahi seorang Muslim.
Penyelidikan Kematian Putri Diana
Namun, pengawal Putri Diana, Ken Wharfe tak yakin dengan itu. "Aku mendengar selama bertahun-tahun tentang konspirasi yang disebarkan ayah Dodi, Mohamed Fayed, dan para pendukungnya," kata dia.
Wharfe mengaku mempelajari laporan-laporan resmi terkait kejadian tersebut, termasuk jam-jam terakhir sebelum insiden terjadi.
"Saya bisa mengatakan dengan yakin, berdasarkan pengalamanku selama puluhan tahun sebagai polisi, bahwa kematian Diana bukan pembunuhan, melainkan kecelakaan maut yang seharusnya bisa dicegah."
Diana, kata dia, "bukan korban dari kekuasaan tersembunyi yang menganggap perempuan itu bakal membawa malu (karena menikahi seorang Muslim), melainkan korban dari perilaku ceroboh sang kekasih dan kesalahan pengawalnya."
Kesalahan pertama, kata Wharfe, adalah pemilihan bodyguard yang dipekerjakan keluarga Fayed--yang tak bisa berkata "tidak" pada orang yang membayar mereka.
"Dodi memerintahkan Henri Paul (yang dalam pengaruh alkohol) untuk menyetir malam itu. Pengawalnya seharusnya pasang badan, menolak membiarkan Diana masuk ke mobil."
Kedua, Dodi memerintahkan sang sopir untuk menjalankan mobil secepat mungkin. "Rees-Jones seharusnya membantahnya. Seorang petugas perlindungan polisi tidak akan ragu-ragu untuk menolak keinginan Dodi," kata dia. "Seandainya saya bersama dengan Diana kala itu, saya akan melakukan intervensi."
Bagaimana dengan teori bahwa kematian Diana dirancang?
"Menurut saya, itu sulit dipercaya. Pendapat saya sebagai seorang profesional, tak ada bukti yang mendukung teori tersebut," kata Wharfe.
Ia menambahkan, adalah gagasan yang konyol jika ada yang menyalahkan Ratu Inggris, Perdana Menteri, atau siapa pun dalam pemerintahan Britania Raya atas kematian Diana. Sebab, bukan pengawal pribadi mereka yang sedang bersama sang putri kala itu.
Penyelidikan atas kematian Diana sebelumnya dilakukan secara 90 hari dan melibatkan 250 saksi. Kesimpulannya dibacakan dalam sidang 7 April 2008, di mana para juri menampik tuduhan sang putri dan kekasihnya tewas karena dibunuh.
Setelah sidang, pihak Metropolitan Police mengungkap, mereka telah menghabiskan dana 8 juta poundsterling dalam operasi penyelidikan Paget tahun 2004-2006.
Mantan Kepala Metropolitan Police, Lord Stevens, pada 2006 juga menolak klaim pembunuhan yang disuarakan sejumlah orang, termasuk ayah Dodi, Mohamed al Fayed.
Mantan petinggi polisi Inggris itu membantah bahwa Diana dibunuh oleh mata-mata Britania Raya, atau suruhan suami Ratu Elizabeth, Duke of Edinburgh, juga dugaan bahwa Diana dalam kondisi hamil atau bertunangan dengan Dodi.
Operasi Paget menyimpulkan hal yang sama yang disampaikan penyelidik Prancis pada 1999, bahwa sopir Henri Paul mengemudi dalam kecepatan tinggi dalam kondisi mabuk. Lord Stevens mengatakan, tuduhan bahwa Diana dibunuh "tidak berdasar".
Advertisement