Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah ekonom memperkirakan surplus neraca perdagangan Indonesia pada Juli ini lebih rendah dibandingkan realisasi Juni 2016 yang sebesar US$ 900,2 juta. Penyebabnya, kinerja impor meningkat di bulan ketujuh ini daripada ekspor yang masih mengalami kontraksi.
Kepala Ekonom PT Maybank Indonesia Tbk, Juniman memproyeksikan laju ekspor Indonesia di Juli 2016 masih tumbuh negatif 3,23 persen secara tahunan (year on year/yoy). Sementara kinerja impor tumbuh positif 5,46 persen.
"Pertumbuhan impor yang positif bukan karena ekonomi sudah pick-up, tapi lebih karena base effect. Tahun lalu drop sekali, sehingga kami perkirakan surplus neraca perdagangan di kisaran US$ 460 juta pada Juli 2016," ujar dia dalam Forecast yang diterima Liputan6.com, Jakarta, Senin (15/8/2016).
Juniman menuturkan, secara bulanan (month to month/MoM), nilai ekspor dan impor Indonesia pada Juli ini turun, masing-masing diperkirakan US$ 11,1 miliar dan US$ 10,6 miliar. Pencapaian Juni lalu, ekspor US$ 12,92 miliar dan impor US$ 12,02 miliar.
Baca Juga
Advertisement
"Penurunan nilai ekspor dan impor Juli ini dipengaruhi dua hal, yakni faktor musiman dan harga komoditas turun. Libur Lebaran tahun ini lebih panjang dibanding tahun lalu yang membuat aktivitas ekspor impor terhenti lebih lama," Juniman menerangkan.
Sementara itu, Ekonom PT Bahana Securities, Fakhrul Fulvian mengatakan, kinerja ekspor dan impor di Juli ini secara tahunan masih diramalkan terkontraksi dengan pertumbuhan masing-masing negatif 3,11 persen dan 3,70 persen.
"Neraca perdagangan diperkirakan surplus sebesar US$ 600 juta di bulan ketujuh ini atau lebih kecil dari realisasi bulan sebelumnya," ujar dia.
Penurunan surplus neraca perdagangan Indonesia di Juli lalu, kata Fakhrul, disebabkan pergerakan ekonomi yang mulai bangkit sehingga terjadi kenaikan impor.
"Ekonomi mulai bergerak, jadi ada peningkatan impor terutama untuk impor bahan baku dan barang modal," ujar Fakhrul.(Fik/Ahm)