Ini Kata Industri Telko Soal Tantangan Bisnis IoT di Indonesia

Internet of things (IoT) memiliki potensi besar di Indonesia, meski begitu stakeholder dihadapkan pada tantangan yang cukup berat. Apa saja?

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 15 Agu 2016, 18:21 WIB
Pembicara Asia IoT Business Platform sedang berbincang-bincang (Liputan6.com/ Agustin Setyo Wardani)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dianggap memiliki potensi besar dalam perkembangan bisnis internet of things (IoT). Meski telah menerapkan IoT, industri telko menganggap ada sejumlah tantangan yang dihadapi.

Diungkapkan oleh Vice President Entreprise Digital Service Telkomsel Marina Kacaribu, salah satu tantangan yang dihadapi untuk mengembangkan bisnis IoT adalah bagaimana mentransformasi IoT menjadi produk yang sesuai dengan permintaan.

"Kami harus memetakan potensi IoT dari supply dan demand. Secara supply harus dikemas dalam suatu solusi. Sedangkan dari demand, kami harus melakukan pendekatan," kata Marina saat menjadi pembicara di Asia IoT Business Platform di Jakarta, Senin (15/8/2016).

Ia mengemukakan, ada empat bagian hal penting yang diperhatikan oleh Telkomsel, yakni IoT dalam bidang transportasi, industri, retail, dan smart city.

Tak hanya itu, cost alias biaya yang dikeluarkan juga menjadi tantangan tersendiri. Hal ini, kata Marina, sangat wajar mengingat penerapan IoT di Indonesia masih dalam tahap awal. "Tantangannya, bagaimana sebuah produk disampaikan dengan harga yang kompetitif," katanya.

Sementara itu, Head of M2M Indosat Ooredoo Hendra Sumiarsa menyebut, sebagai penyedia IoT, operator telko harus mampu menemukan masalah yang ada di pasar serta membuat suatu produk yang bisa mengatasi permasalahan tersebut.

"Sangat penting untuk menyajikan nilai, bukan sekadar produk. Karenanya kita harus berhasil menemukan apa yang menjadi serta bagaimana mengembangkan solusinya berdasarkan kebutuhan," tuturnya.

Pendapat lain diungkapkan oleh Head of IoT XL Axiata Arifa Febriyanti. Ia menilai, ketika berbicara mengenai IoT, penting untuk membangun kesadaran konsumen akan sebuah produk.

"Tantangan terbesar kami adalah, bagaimana meyakinkan pengguna agar tetap menggunakan produk yang telah diciptakan. Karenanya, kita tidak hanya mengembangkan produk vertikal tetapi berusaha membangun ekosistemnya," kata Arifa.

Untuk membangun ekosistem ini, pihaknya bekerja sama dengan developer dan seluruh stakeholder lain agar bisa membuat IoT sebagai solusi.

Sementara itu, Direktur Infrastruktur ICT Bekraf Muhammad Neil El Himam mengungkap, semua pihak memiliki fokus masing-masing dalam mengembangkan bisnis IoT.

Meski begitu, semuanya harus saling bersinergi agar hasilnya bisa maksimal. Pemerintah misalnya, fokus di bidang kebijakan yang mendukung penerapan IoT.

Sedangkan Bekraf sendiri berusaha menumbuhkan serta memelihara startup digital guna mempercepat adopsi IoT di Indonesia.

(Tin/Ysl)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya