Liputan6.com, Jakarta Tak banyak yang tahu nama Yang Chil Sung, pemuda asal Korea Selatan yang dibawa oleh Jepang untuk memperkuat tenaga tempur saat Negeri Matahari Terbit itu menginvasi Indonesia pada 1942.
Yang Chil Sung pemuda kelahiran Wanjoo, Provinsi Jella Utara, Korea Selatan. Ia datang ke Jawa Barat sebagai tawanan perang Jepang dan bertugas untuk memperkuat tenaga tempur Jepang melawan Indonesia. Namanya pun konon sudah diganti dengan nama Jepang, Yanagawa Sichisci.
Baca Juga
Advertisement
Namun di akhir kisahnya, Yang Chil Sung memutuskan bergabung dengan gerakan pembebasan Indonesia dan memilih mati di ujung bedil para penjajah. Sebelum memutuskan untuk memihak Indonesia, Yang Chil Sung lebih dulu tertarik dengan ajaran agama Islam.
Dikutip dari Majalah Historia, kisah Yang Chil Sung dimulai saat Pasukan Pangeran Pakpak (PPP) Garut yang dipimpin Mayor Saoed Moestofa Kosasih berhasil menahan serangan Jepang di Bandung. PPP bahkan berhasil menawan lima tentara Jepang yang salah satunya adalah Yanagawa Sichisci alias Yang Chil Sung.
Mayor Kosasih kemudian membawa tawanan itu ke Wanaraja. Semula mereka akan dihukum mati oleh PPP, namun atas dasar kemanusiaan, kelima tawanan itu mendapat ampunan dari Mayor Kosasih.
"Ayah saya berpendapat, orang-orang asing ini suatu hari pasti berguna buat pasukan kita," ujar Basroni Kosasih, menirukan perkataan ayahnya, Mayor Kosasih sebagai mana dinukil dari Historia.
Singkat cerita, setelah hidup beberapa waktu dengan PPP, Yang Chil Sung kemudian menemui Mayor Kosasih dan menyatakan diri ingin masuk Islam. Mayor Kosasih lantas membawa mereka menemui Raden Djajadiwangsa yang juga seorang ulama sepuh. Yang Chil Sung kemudian mengucap dua kalimat syahadat dan berganti nama menjadi Komaruddin.
Membuat Belanda Kocar-Kacir
Omongan Mayor Kosasih terbukti, ketika Jepang pergi dan Belanda datang kembali, Yang Chil Sung alias Komaruddin memperkuat PPP untuk mengusir Belanda pergi. Bersama Mayor Kosasih, Komaruddin bahkan tercatat sebagai pahlawan yang berhasil mencegah invasi Belanda ke Wanaraja. Ia berhasil meledakkan Jembatan Cimanuk dan membuat pasukan Belanda kocar-kacir.
Akibat kejadian itu, Belanda semakin berang. Mereka berpikir keberadaan eks tentara Jepang di PPP tak bisa dibiarkan. Maka dibuatlah rencana operasi perburuan dengan melibatkan satu tim elit buru sergap dari Yon 3-14-RI (Regiment Infanterie), sebuah batalion Angkatan Darat Belanda yang dipimpin langusng Letnan Kolonel P.W.van Duin.
Suatu malam di Agustus 1948, buku Siliwangi dari Masa ke Masa via Majalah Historia menuliskan, Yang Chil Sung akhirnya tertangkap pasukan elit Belanda di kaki Gunung Dora (Garut-Tasikmalaya). Dokumen Arsip Nasional Belanda mengabadikan foto-foto mereka yang ditangkap. Salah satunya, Komaruddin yang tangan dan lehernya tampak terikat seutas tali dan senyum simpul menghiasi raut wajahnya yang tenang.
Militer Belanda lantas membuat pengadilan singkat dan sepihak. Hasilnya, Komaruddin dan beberapa tawanan yang lain dijatuhi hukman mati. Jenazah Komaruddin alias Yang Chil Sung, dikebumikan di Pemakaman Pasirpogor.
Dua puluh tujuh tahun setelah Indonesia benar-benar merdeka, kerangka Komaruddin dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Tenjolaya, tempat yang secara resmi mencatat namanya sebagai pahlawan kemerdekaan, dan Indonesia tidak boleh melupakan jasanya.
(War)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6
Advertisement