Liputan6.com, Rio- Seorang atlet dapat melakukan handsprings, splits, dan berbalik dengan tikungan ganda. Sungguh, prestasi yang luar biasa dari fleksibilitas dan kekuatan yang membuat olahraga mereka paling ditunggu selama Olimpiade Rio 2016. Tapi bagaimana atlet ini begitu sangat fleksibel?
Seorang profesor bedah ortopedi dan kedokteran olahraga di The Ohio State University Wexner Medical Center, Dr. Timothy Miller, mengungkapkan pentingnya mencatat usia seorang atlet. Generasi yang lalu, rata-rata olahragawati Olimpiade berusia 20-an dan 30-an, tapi itu berubah setelah seorang olahragawati Romania berusia 14 tahun --Nadia Comaneci-- memenangkan tiga medali emas (bersama dengan satu perak dan satu perunggu) di Olimpiade musim panas 1976, Montreal.
Advertisement
Ketika gelombang pesenam muda memasuki game berikutnya, Federasi Senam Internasional meningkatkan persyaratan usia, terutama karena masalah kesehatan untuk anak-anak. Saat ini, peserta olimpiade harus berusia minimal 16 tahun. "Pesenam paling muda biasanya antara usia 16 dan 22, kata Miller.
"Rentang usia ini adalah suatu kebetulan. Wanita yang lebih muda akan lebih fleksibel daripada wanita yang lebih tua untuk sejumlah alasan," katanya.
Misalnya, tahun reproduksi utama wanita adalah antara usia 14 dan 30. Selama waktu itu, mereka memiliki hormon relaxin lebih, yang memberikan jaringan lunak, seperti ligamen dan tendon, peningkatan fleksibilitas.
"Jika seorang wanita hamil, relaxin membantu jaringan lunak rileks untuk mengakomodasi bayi yang sedang tumbuh. Namun hal ini pula yang membuat olahragawati muda lebih lincah. Itu memungkinkan tubuh mereka menjadi lebih lentur," katanya, seperti dimuat Live Science, Rabu (17/8/2016).
Selain itu, kata dia, olahragawati cenderung mengalami pubertas lebih lambat, karena tubuh mereka yang lincah dan rajin berolahraga.
"Tertundanya pubertas pada atlet muda, karena tubuh membutuhkan sejumlah lemak untuk mempercepat kedatangan pubertas, yang atlet muda ini tidak miliki karena mereka membakar begitu banyak kalori, kata seorang ahli bedah kedokteran olahraga di Rumah Sakit Khusus Bedah di New York City, Dr. Sabrina Strickland.
Selain itu, banyak atlet muda mengalami gangguan makan yang juga menghambat pertumbuhan. Pubertas pada anak perempuan mengarah ke percepatan pertumbuhan dan berat badan yang tertunda pada kebanyakan atlet.
Tapi bagi atlet, perawakan pendek adalah keuntungan, seperti memberi mereka sebuah pusat gravitasi yang lebih rendah, yang duduk di titik tengah tubuh. Jika pusat gravitasi mereka lebih rendah, ini berarti akan memudahkan mereka untuk lebih seimbang di balok gymnastics.
Atlet yang memiliki rasio kekuatan massa yang tinggi akan unggul dalam rotasi seluruh tubuh, menurut sebuah studi dalam jurnal Olahraga Biomekanik 2003.
"Atlet yang lebih tinggi besar memang mampu menghasilkan lebih banyak kekuatan dan momentum sudut yang lebih besar, tapi mereka tidak bisa menyamai kinerja yang lebih kecil," tulis para peneliti dalam studi tersebut.
Sendi biasanya kaku seiring bertambahnya usia, sering dari penggunaan berlebihan atau dari perkembangan bertahap arthritis, suatu kondisi di mana sendi menjadi meradang, kata Miller. Kadang-kadang, orang dengan kerusakan sendi akan membatasi kemampuan mereka untuk bergerak.
Sedangkan atlet muda sangat jarang mengalami cedera -termasuk patah tulang, kekakuan dan taji tulang. Alasannya cukup sederhana: atlet muda belum cukup lama untuk olahraga intens.
"Atlet perempuan fleksibel karena latihan keras mereka, yang mencakup olahraga, termasuk stretching, cardio, core conditioning dan drills. Karena usia muda mereka latihan terus-menerus. Mereka memiliki lebih banyak kolagen--protein yang ditemukan dalam jaringan ikat dibandingkan dengan orang yang lebih tua dan orang-orang yang tidak berolahraga. Kolagen tersebut bermanfaat untuk memberi kekuatan dan meningkatkan fleksibilitas tubuh jika tertata beraturan," ujar Miller.
Seseorang tidak perlu menjadi atlet untuk menjadi fleksibel. Ada beberapa orang yang memiliki kelemahan ligamen, yang kadang-kadang dikenal sebagai double-jointed dan orang-orang dengan sindrom Ehlers-Danlos, suatu kondisi di mana jaringan ikat sangat fleksibel, juga cukup lentur. Namun, kondisi ini memiliki risiko.
"Kadang-kadang, jika Anda terlalu fleksibel, Anda berisiko mengalami dislokasi bahu atau dislokasi tempurung lutut atau keseleo pergelangan kaki berulang karena jaringan hanya tidak cukup kaku untuk menjaga stabilitas sendi," tutup Miller.