Liputan6.com, Islamabad - Pada 17 Agustus 1988, Presiden Pakistan, Muhammad Zia ul-Haq, dan Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Pakistan, Arnold Raphel, tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat. Kapal terbang itu dilaporkan menukik tajam lalu berhasil terbang stabil, namun tak bertahan lama sebelum akhirnya jatuh di Bahalwalpur, Pakistan.
Seperti dikutip dari History Commons, selain Presiden Zia dan Dubes Raphel, pesawat itu juga mengangkut Direktur Badan Intelijen Pakistan (ISI), Akhtar Abdur Rahman serta sejumlah pejabat dari kedua negara. Investigasi gabungan AS-Pakistan, gagal menjelaskan secara definitif penyebab kecelakaan itu.
Advertisement
Menurut Kepala ISI Biro Afghanistan, Mohammad Yousaf, kecelakaan itu terjadi karena sabotase. Ia mengaku tak tahu siapa yang bertanggung jawab, namun Yousaf menegaskan Kementerian Luar Negeri AS berperan dalam 'menutupi' kasus ini.
Richard Clarke, analis Kementerian Luar Negeri AS yang kemudian menjadi "tsar" bagi perang kontra-terorisme era Presiden Bill Clinton dan Bush Jr meyakini bahwa Rusia bertanggung jawab atas peristiwa penghancuran gudang senjata yang digunakan CIA dan ISI, serta insiden jatuhnya pesawat yang ditumpangi Zia dan Raphel. Keduanya terjadi dalam waktu yang sama.
Menurut Clarke, motif Negeri Beruang Merah itu adalah balas dendam menyusul kekalahan mereka di Afghanistan. "Aku tidak pernah bisa membuktikan bahwa KGB Soviet telah memerintahkan dua serangan ini sebagai imbalan atas kekalahan pahit mereka, tapi bahkan hingga ke dalam sumsum tulang saya, saya meyakini mereka pelakunya," ujar Clarke.
Peristiwa lainnya yang menarik perhatian dunia terjadi pada 17 Agustus 1945 di mana bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Sukarno dan Mohammad Hatta membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Dan untuk merayakan hari kemerdekaan ini setiap tahunnya dilaksanakan upacara peringatan detik-detik proklamasi di Istana Merdeka yang dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia selaku inspektur upacara.
Pada tanggal yang sama tahun 1998, Presiden AS Bill Clinton mengakui telah melakukan "hubungan fisik yang tak senonoh" dengan karyawan magang Gedung Putih, Monica Lewinsky. Secara gamblang ia mengatakan telah "membohongi rakyat" mengenai hubungan tersebut.
Lalu pada 17 Agustus 2008, perenang asal AS mencatat sejarah. Ia menjadi orang pertama yang berhasil memenangkan delapan medali emas dalam satu kali ajang Olimpiade, ini memecahkan rekor Mark Spitz di Olimpiade Muenchen 1972.