Bulog Impor 1.500 Ton Bibit Bawang dari Vietnam dan Filipina

Bibit bawang merah tersebut didatangkan untuk menstabilkan harga bibit lokal yang kini melonjak.

oleh Liputan6 diperbarui 17 Agu 2016, 20:20 WIB
Bibit bawang merah tersebut didatangkan untuk menstabilkan harga bibit lokal yang kini melonjak.

Liputan6.com, Brebes - Pemerintah melalui Perum Bulog mengimpor bibit bawang merah impor asal Vietnam dan Filipina. Bibit bawang tersebut dilakukan untuk menstabilkan harga bibit lokal yang kini melonjak antara Rp 45 ribu-Rp 50 ribu per kilogram (kg).

Bibit bawang impor berkualitas itu oleh Bulog dijual melalui program pasar murah bibit bawang sentra-sentra bawang di Indonesia. Di Brebes, pasar murah bibit bawang itu digelar di lapak bawang Klampok Brebes Jateng, Rabu (17/8/2016).  

Sementara bibit impor yang didatangkan dari Vietnam dan Filipina tersebut dijual ke petani hanya dengan harga Rp 30 ribu per kg. Adapun alokasi bawang impor tersebut disebar ke berbagai daerah sentra bawang di Indonesia. Di Brebes, sekitar 200 ton bibit bawang telah dipasarkan kepada petani.  

Penjualan pasar murah bibit bawang tersebut dihadiri langsung Dirjen Perbenihan Hortikultura, Kementerian Pertanian serta pejabat Bulog hingga pelaku bisnis bawang di Brebes.   Dalam pasar murah bibit bawang itu, Petani dibatasi pembelian maksimal 1 ton dengan harga Rp 30 juta. 

"Untuk memberikan harga bibit bawang terjangkau pemerintah melalui Bulog ‎mengimpor benih bawang merah. Dengan cara ini diharapkan produksi bawang merah terus bergairah dan harga bawang merah turun sampai ke Rp 25 ribu sesuai permintaan Pak Presiden Jokowi," ucap Dirjen Perbenihan, Kementerian Pertanian, Sri Wijayanti.

Ia menerangkan, dari 1.500 ton bibit bawang impor, baru 900 ton yang sudah dipasarkan ke sentra bawang merah di Indonesia. Sedangkan sisanya ditargetkan akan selesai tersebar pada Oktober 2016.  

"Total bibit impor memang 1.500 ton yang didatangkan, tapi berasal dari dua negara yakni, 1.000 ton dari Vietnam dan sisanya berasal dari Filipina. Untuk target penyerapan bibit bawang impor ini hingga Oktober," sambung dia.

Pihaknya menjelaskan, pemerintah sebetulnya sudah membina para penangkar bawang untuk menyediakan benih. Namun karena benih berbentuk umbi, juga tergantung dengan harga bawang konsumsi sehingga harganya ikut mahal.

"Kedepan kita akan kembangkan benih dari biji. Dipisahkan dengan bawang konsumsi sehingga harganya bisa lebih murah lagi," papar dia.   

Masuk Brebes

Sementara itu, ‎Kepala Divisi Penjualan Bulog Pusat, Ermin Tora mengaku untuk tahun 2016 ini pemerintah sudah merencanakan untuk mendatangkan bibit impor dari luar negeri sebanyak 1.500 ton.

Namun untuk tahap pertama ini baru terealisasi 900 ton. Bawang tersebut sudah disebar di berbagai daerah, antara lain sejumlah sentra bawang merah di NTB, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan lain sebagainya.

Ia menyampaikan, dengan harga bibit relatif murah, yakni Rp 30 ribu diharapkan petani bisa lebih bergairah dalam memproduksi bawang merah karena biaya produksi lebih efisien.   

"Untuk di Brebes sudah terjual 200 ton dari 900 ton, ini kita bantu pemerintah biar harganya nanti saat panen harapannya bisa dibawah Rp 15 ribu, produksinya melimpah dan kita bisa ekspor," ucap E‎rmin Tora.

Ia mengklaim, kualitas bibit bawang impor ini hampir sama dengan bibit lokal yang biasa ditanam petani di Brebes. Demikian pula hasil produksinya juga tidak jauh berbeda.

"Kualitas dan hasil produksi panenya hampir sama dengan bibit bawang lokal Brebes. ‎Apalagi kan petani disini pernah menggunakan bibit bawang impor dari Vietnam dan hasilnya sama saja dengan penggunaan bibit lokal," tutur dia.

Sedangkan pola distribusi penjual bibit bawang murah impor berkualitas, lanjut dia, ‎setiap petani hanya dibolehkan membeli bibit 1 ton dengan harga Rp 30 juta.

"Jadi ‎satu petani kita batasi pembelianya, maksimal 1 ton. Kalau lebih dari itu tidak kita berikan karena dikhawatirkan jika diborong oleh beberapa petani saja dan kemudian untuk dijual kembali," Ermin menandaskan.  (Fajar Eko Nugroho/Ndw)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya