Liputan6.com, Abuja - Tiga bulan lalu, Amina Ali Nkeki lolos dari kamp milik Boko Haram. Lebih dari dua tahun ia jadi penghuni di sana, setelah organisasi teroris itu menculiknya dari sekolah.
Amina ditemukan di pinggiran Hutan Sambisa pada Mei 2016 lalu. Ia yang didampingi sang suami dan putrinya Safiya mengaku kabur sendiri, bukan dibebaskan militer Nigeria -- seperti klaim pihak pemerintah.
Amina menikah dengan Mohammed Hayatu secara paksa, atas perintah Boko Haram. Kepada aparat Nigeria, pemuda tersebut mengaku juga menjadi korban penculikan Boko Haram.
Namun, pihak berwenang tak lantas percaya. Hayatu kemudian dikurung di tahanan militer untuk diinterogasi pihak intelijen Nigeria. Sudah tiga bulan ia dipisahkan dari istri dan anaknya.
Amina mengaku merindukan sang suami. Perempuan itu tak tahu di mana pria yang dicintainya itu berada.
"Aku tak merasa nyaman dengan cara mereka memisahkanku darinya," kata perempuan 21 tahun itu kepada CNN dari
sebuah lokasi tersembunyi di Abuja, seperti dikutip Liputan6.com pada Rabu (17/8/2016)
"Aku ingin kau tahu, aku masih memikirkanku. Berpisah denganmu bukan berarti aku melupakanmu," kalimat terakhir ditujukan Amina pada sang suami.
Advertisement
Berani untuk Kabur
Pernyataan Amina disampaikan dua hari setelah Boko Haram merilis video mengerikan yang menampilkan jasad-jasad sejumlah perempuan muda, yang menurut organisasi teroris itu, diambil setelah serangan udara oleh militer Nigeria.
Amina mengatakan, puluhan sandera tewas dalam pemboman lebih dari setahun lalu -- yang menunjukkan bahwa video itu tidak baru.
Video-video tersebut juga menunjukkan sejumlah gadis muda memohon agar militan Boko Haram dibebaskan dari penjara Nigeria, sebagai penukar untuk kebebasan mereka.
Amina Ali adalah salah satu dari 276 siswi yang diculik di bawah todongan senjata dari sekolah berasrama mereka di Chibok pada April 2014. Sebanyak 57 dari mereka berhasil bebas tak lama kemudian, namun 200 di antaranya masih dinyatakan hilang.
Penculikan itu memicu kemarahan dunia. Sejumlah tokoh terkemuka seperti Michelle Obama dan aktivis Malala Yousafzai menyatakan dukungan dalam kampanye #BringBackOurGirls.
Amina Ali menolak membicarakan soal penculikan itu. Ia tak ingat apa yang terjadi pada hari ketika kebebasannya terenggut.
Setahun setelah diculik, gadis-gadis yang diculik ditahan secara bersama. Beberapa mereka -- termasuk Amina -- diserahkan pada para militan. Untuk dijadikan istri.
Kekhawatiran tak bakal bisa bertemu sang ibu, mungkin yang membuatnya memberanikan diri untuk kabur.
Meski tinggal bersama sang ibu dua bulan terakhir di lokasi penampungan, Amina ingin kembali ke Chibok, pulang ke rumah dan kembali ke sekolah.
Di mana korban penculikan lain berada masih misterius. Mereka diduga ada di sebuah lokasi di Hutan Sambisa, markas Boko Haram di wilayah timur laut Nigeria.
Pemerintahan baru Nigeria, lewat laman Facebook, mengatakan mereka telah berkomunikasi dengan Boko Haram untuk membebaskan para sandera.
Selama dua tahun terakhir, pemerintah dinilai gagal membebaskan para korban penculikan.
Penulis Nigeria yang meraih Nobel, Wole Soyinka menyebut, pemerintah tak hanya menyangkal secara moral namun tak melakukan apapun untuk membebaskan para sandera.
Amina Ali adalah satu-satunya sandera yang telah lama ditahan dan berhasil lolos. Ia menyampaikan pesan kepada para gadis yang masih ditahan: jangan putus harapan.
Seperti halnya dia, Amina berkata, para korban penculikan Boko Haram suatu saat akan kembali ke pelukan keluarga mereka. "Bersabarlah dan terus berdoa," kata dia. "Cara Tuhan menyelamatkanku dari Hutan Sambisa, hal serupa akan Dia lakukan untuk menyelamatkan kalian."