Liputan6.com, Bandung - Pelatihan pemrograman yang dilakukan Marisa Paryasto dan koleganya di ProCodeCG, Bandung sangat jauh dari motif komersil. Bahkan, lebih kental sisi pemberdayaan dan charity-nya.
Maka dari itu, tak perlu heran jika bea pendaftaran program di ProCodeCG cukup Rp 50 ribu dan membayar angsuran dengan angka yang sama setiap kali datang ke pelatihan. Padahal, mentornya sekaliber Budi Rahardjo, yang merupakan Tokoh Internet Indonesia yang juga Doktor Elektro Mannitoba University, Kanada.
Untuk CodingCamp, yang kegiatannya lebih intensif, beanya cukup Rp 500 ribu per topik selama tiga hari (jam 9-14). Sementara CodingMom yang dikhususkan untuk ibu rumah tangga, selama 15 kali pertemuan (masing-masing 3 jam) cukup merogoh Rp 3,5 juta.
Materi yang disampaikan pun cukup berbobot, mulai dari GitHub, HTML, CSS, JavaScript, PHP, dan MySQL. Khusus anak, ditambahkan sesuai minat semacam Python, Minecraft Hour of Code, LightBots, Blockly hingga Greenfoot Projects, CodeCombat, cfillRect, cfillStyle, dan masih banyak lagi.
Baca Juga
Advertisement
"Bea yang masuk lebih ke biaya operasional, agar ProCodeCG bisa terus hidup dan berkembang. Kalau ngomong tarif instruktur sih, semuanya di bawah tarif normal karena kami punya kesamaan visi membuat Indonesia yang lebih baik," kata Marisa Paryasto kepada Tekno Liputan6.com, Rabu (17/8/2016) di Bandung.
Menurut Marisa, bea yang masuk lebih ditekankan untuk operasional seperti sewa tempat dan infrastruktur kegiatan. Ini meliputi pembelian komputer, pulsa, modem, alas duduk, set meja dan kursi, dan bayar server-hosting.
Bagi Dosen Teknik Elektro Telkom University ini, ada yang lebih membahagiakan dari sekadar materi. Yakni menyaksikan kemampuan dan kepercayaan diri anak dan ibu pasca-pelatihan di ProCodeCG. Jika mereka mampu, akhirnya akan menjadi role model dan kemudian memotivasi lingkungan sekitarnya.
Kemurnian tekad dan pergerakan ini pula yang selain memperoleh tempat dan apresiasi tersendiri dari komunitas lainnya di Bandung (seperti BCCF, Simpul Institute, dan FOWAB), juga pernah sampai diulas khusus dalam blog sebuah perusahan peranti lunak, AxoSoft, berjudul "How a Small Community Program in Indonesia is Solving a Worldwide Tech Problem."
(Msu/Isk)