Liputan6.com, Jakarta - Indonesia memiliki sumber daya mineral (SDM) timah yang masih melimpah. Bahkan timah Indonesia disebut yang terbaik di dunia sehingga menjadi rebutan produsen elektronik dunia sebagai bahan baku produksinya.
Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Bachrul Chairi mengatakan, saat ini ada dua produsen ponsel ternama di dunia yang menjadi pembeli utama biji timah Indonesia, yaitu Apple dan Samsung.
Namun sayangnya timah Indonesia masih diragukan terkait isu pertambangan yang tidak ramah lingkungan dan tidak berkelanjutan (sustainable).
Baca Juga
Advertisement
"Pembeli utama kita Apple dan Samsung. Dan Indonesia pernah akan diboikot karena timah Indonesia dianggap tidak sustainable, tidak ramah lingkungan. Kalau begini kita akan mengalami kerugian," ujar dia di The Capitol, Jakarta, Kamis (18/8/2016).
Untuk menanggpi isu tersebut, maka dibentuklah Indonesia Commodity dan Derivative Exchange (ICDX) yang akan memberikan kepastian bagi para pembeli soal produksi timah Indonesia yang sustainable. Dengan adanya ICDX ini hanya timah yang berkualitas baik dan dihasilkan dari penambangan yang legal yang bisa diperjual-belikan pada bursa ini.
"Jadi yang diperjual-belikan lewat bursa ini harus clean and clear. Setiap produksi mereka akan diverifikasi sumbernya dari mana, akan dilakukan surveyor. Kalau tidak lolos, tidak bisa dijual di bursa. Dengan demikian kita bisa mencegah illegal mining. Itu yang menyebabkan tuntutan timah yang ramah lingkungan dan sustainable bisa kita penuhi," kata dia.
Bachrul mengungkapkan, saat ini produk timah Indonesia berkontribusi sebesar 26 persen pada produksi timah dunia. Indonesia juga menguasai 70 persen pangsa pasar timah dunia.
"Ekspor timah Indonesia paling besar ke Singapura paling besar. Karena mereka (importir) lebih banyak beli dan menyetok di Singapura. Kemudian, Jepang, Tiongkok, Aftika, Turki, Hongkong, Thailand," tandas dia.
Sebagai informasi, ekspor timah Indonesia di 2013 baru sebesar 18 ribu ton per tahun. Kemudian meningkat tajam pada 2014 menjadi 54 ribu ton, di 2015 sebesar 69 ribu ton. Dan pada periode Januari-Juli 2016 sudah mencapai 32 ribu ton per tahun. (Dny/Gdn)