Liputan6.com, Pandeglang - Alunan musik jaipong mengalun merdu dari Alun-alun Kecamatan Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, Banten, menyambut kedatangan ribuan masyarakat yang ingin menyaksikan diraihnya rekor MURI pembuatan gula aren terbesar di Indonesia.
"Prestasi ini tidak hanya memupuk kebersamaan dan memperkuat pertemanan, tapi juga tercatat sebagai rekor Gula Aren terbesar di MURI," kata Sujana, Ketua Pesta Rakyat Cibaliung (PRC), saat ditemui di Lapangan Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, Banten, Rabu, 17 Agustus 2016.
Gula aren telah mendarah daging di kehidupan warga Cibaliung, Pandeglang, Banten. Proses pembuatan gula berbahan air nira itu diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang dan membutuhkan gotong royong dalam pembuatannya.
Baca Juga
Advertisement
Jika dalam pembuatan gula aren seberat 1 kg berdiameter 5-10 cm membutuhkan air nira sebanyak 10 liter, kali ini warga membutuhkan 1.400 liter air nira untuk memproduksi gula aren raksasa. Sebanyak 70 perajin gula aren diterjunkan dalam proses pembuatan gula itu.
"Pembuatannya lebih dari 10 kuali besar, dimasak secara serentak, dibuat secara bertahap. Baru kita kilo (timbang)," ujar Sujana.
Air nira yang menjadi bahan utama gula diambil dari pucuk bunga, juga disebut sunting mayang, yang belum benar-benar mekar. Sari makanan yang semestinya digunakan untuk memekarkan bunga kemudian menumpuk menjadi cairan gula dan mayang membengkak.
Setelah proses pembengkakan berhenti, batang mayang diiris-iris untuk mengeluarkan cairan gula secara bertahap. Cairan biasanya ditampung dengan wadah yang terbuat dari daun pohon palma.
Cairan yang ditampung diambil secara bertahap, biasanya dua-tiga kali. Setelah jumlahnya cukup, nira direbus di atas tungku dalam sebuah wajan besar. Kayu terbaik untuk memasak gula aren berasal dari kayu aren yang sudah tua.
Jadi Oleh-Oleh
Proses memasak menggunakan kayu ini lebih cepat dari kayu biasa. Sekalipun demikian, api tidak juga boleh terlalu besar sampai masuk ke dalam wajan dan menjilat serta membakar gula yang sedang dimasak. Kalau itu terjadi, gula akan hangus, rasanya akan pahit dan warnanya menjadi hitam.
Jika air nira sudah menjadi pekat dan berat ketika diaduk serta adukan putus-putus saat dituangkan, hal itu pertanda cairan nira sudah bisa ditaruh ke dalam cetakan untuk didinginkan dan menjadi gula aren.
"Suatu kebanggaan saat kami melihat kebersamaan dan kerja keras bisa menjadi momen perayaan beramai-ramai warga Cibaliung," kata Abah Sudi, perwakilan perajin gula aren yang ikut serta membuat gula raksasa tersebut.
Kecamatan Cibaliung bisa ditempuh dari Jakarta selama kurang lebih tiga jam perjalanan. Wisatawan bisa keluar Tol Serang Timur lalu mengambil jalur Kabupaten Pandeglang arah KEK Tanjung Lesung. Sesampainya di Alun-alun Citeureup, wistawan mengambil arah menuju Pulau Umang atau mengikuti petunjuk arah.
Selain menikmati keindahan pantai di Banten Selatan dan "surga tersembunyi" di Pulau Umang, wisatawan pun bisa menikmati manisnya gula aren karya warga Cibaliung tanpa bahan pengawet yang masih dibuat secara tradisional.
"Prestasi dalam bentuk rekor MURI ini memberi motivasi tersendiri bagi kami untuk semakin mengangkat Cibaliung melalui produksi gula arennya," tutur Abah Sudi.