Kapan Harus Menemui Dokter Saat Anda Kesemutan?

Jika mati rasa dan kesemutan tersebut menyebabkan kondisi seperti ini pada tubuh Anda, lebih bagi segera kunjungi dokter Anda

oleh Tassa Marita Fitradayanti diperbarui 19 Agu 2016, 18:00 WIB
Bukannya menghilangkan, seks ternyata malah bisa jadi penyebab sakit kepala.

Liputan6.com, Jakarta Sensasi mati rasa atau kesemutan umumnya terjadi saat kita duduk terlalu lama. Peredaran darah yang kurang lancar menyebabkan kita merasakan mati rasa atau kesemutan di jari, tangan, kaki, atau pun lengan. Biasanya kesemutan dapat hilang dengan sendirinya jika kita mengubah posisi berdiri atau duduk. 

Namun jika mati rasa dan kesemutan tersebut menyebabkan kondisi seperti ini pada tubuh Anda, lebih baik segera kunjungi dokter Anda untuk mengatasinya, seperti yang dilansir dari laman situs University of Maryland Medical Center, Jumat (19/8/2016):

1. Anda menjadi lemah atau tidak dapat bergerak, bersamaan dengan mati rasa dan kesemutan.
2. Mati rasa atau kesemutan terjadi setelah Anda mengalami cedera leher, kepala, atau cedera punggung.
3. Anda tidak dapat mengontrol pergerakan lengan atau kaki. Bahkan Anda telah kehilangan kontrol kandung kemih atau usus.
4. Anda kebingungan atau kehilangan kesadaran, walaupun hanya sebentar.
5. Bicara Anda melantur, perubahan penglihatan, atau tubuh melemah.

Anda juga bisa menelepon nomer emergensi, dokter, atau rumah sakit, jika badan Anda terasa seperti:

1. Mati rasa atau kesemutan tersebut tidak memiliki penyebab yang jelas. Seperti misalnya tangan atau kaki yang tiba-tiba terasa “tertidur”.
2. Rasa sakit di leher, lengan, atau jari Anda.
3. Buang air kecil lebih sering.
4. Mata rasa atau kesemutan terasa di kaki dan terasa semakin buruk ketika dipakai berjalan.
5. Ada ruam.
6. Mengalami pusing, kejang otot, atau gejala lain yang tidak biasa.

Dokter mungkin akan melihat riwayat medis Anda, seperti misalnya apakah Anda memiliki riwayat diabetes, stroke, penyakit tiroid atau kondisi medis lainnya. Jika ada, setelah itu mungkin dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan memeriksa sistem saraf Anda, seperti:

1. Angiogram, yaitu tes yang menggunakan X-Ray dan pewarna khusus untuk melihat bagian dalam pembuluh darah.

2. CT angiogram.
3. CT scan kepala.
4. CT scan tulang belakang.
5. MRI kepala.
6. USG pembuluh leher untuk menentukan risiko TIA (Transient ischemic attack) yang biasa disebut mini stroke.
7. USG vaskular.
8. X-Ray di daerah yang terkena dampak.
9. Elektromiografi dan konduksi saraf studi untuk mengukur seberapa otot Anda menanggapi stimulasi saraf. 
10. Pungsi lumbal untuk mengesampingkan gangguan sistem saraf pusat.
11. Tes stimulasi dingin mungkin juga akan dilakukan untuk memeriksa fenomena raynaud, yaitu suatu kondisi yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jari-jari tangan, jari kaki, telinga, dan ujung hidung.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya