Liputan6.com, Gianyar: Umat Hindu di Bali banyak memiliki tradisi unik. Salah satunya adalah ritual Caru Panca Sata. Ritual atau upacara ini sering digelar pada saat memulai pembangunan bangunan baru termasuk jalan raya dan jembatan.
Ritual Caru Panca Sata, Sabtu (9/1), digelar di daerah Simpang Lebih, Gianyar, Bali. Rencananya di lokasi ini dibangun ruas jalan by pass baru yang menghubungkan Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Klungkung sejauh delapan kilometer lebih. Upacara dilaksanakan tepat di titik awal pembangunan jalan. Di lokasi ini berbagai sesajen upacara Caru Panca Sata disediakan. Ritual dipimpin seorang pedanda atau pendeta Hindu dibantu seorang pemangku pura.
Seperti upacara pecaruan lainnya di Bali, ritual Caru Panca Sata juga diisi dengan persembahan sesajen atau banten caru. Selain itu dalam upacara ini semua kendaraan serta alat berat yang akan digunakan membangun jalan juga diupacarai dan didoakan.
Upacara Caru Panca Sata diakhiri dengan persembahyangan bersama. Persembahyangan diikuti semua pihak yang terkait pelaksanaan proyek pembangunan jalan khususnya yang beragama Hindu. Di akhir upacara semua sesajen caru juga dikubur di lokasi upacara. Sebagian lagi akan dilarung di lima sungai yang dilewati pembangunan jalan.
Upacara Caru Panca Sata ini merupakan salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat Bali dalam konteks hubungan dengan alam sekitar. Upacara ini merupakan bentuk penghormatan kepada ibu pertiwi atau bumi yang akan digunakan untuk pembangunan jalan.(IAN)
Ritual Caru Panca Sata, Sabtu (9/1), digelar di daerah Simpang Lebih, Gianyar, Bali. Rencananya di lokasi ini dibangun ruas jalan by pass baru yang menghubungkan Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Klungkung sejauh delapan kilometer lebih. Upacara dilaksanakan tepat di titik awal pembangunan jalan. Di lokasi ini berbagai sesajen upacara Caru Panca Sata disediakan. Ritual dipimpin seorang pedanda atau pendeta Hindu dibantu seorang pemangku pura.
Seperti upacara pecaruan lainnya di Bali, ritual Caru Panca Sata juga diisi dengan persembahan sesajen atau banten caru. Selain itu dalam upacara ini semua kendaraan serta alat berat yang akan digunakan membangun jalan juga diupacarai dan didoakan.
Upacara Caru Panca Sata diakhiri dengan persembahyangan bersama. Persembahyangan diikuti semua pihak yang terkait pelaksanaan proyek pembangunan jalan khususnya yang beragama Hindu. Di akhir upacara semua sesajen caru juga dikubur di lokasi upacara. Sebagian lagi akan dilarung di lima sungai yang dilewati pembangunan jalan.
Upacara Caru Panca Sata ini merupakan salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat Bali dalam konteks hubungan dengan alam sekitar. Upacara ini merupakan bentuk penghormatan kepada ibu pertiwi atau bumi yang akan digunakan untuk pembangunan jalan.(IAN)