Rencana Kenaikan Bunga The Fed Tekan Wall Street

Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 45,13 poin atau 0,24 persen ke angka 18.552,57.

oleh Arthur Gideon diperbarui 20 Agu 2016, 05:02 WIB
Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 45,13 poin atau 0,24 persen ke angka 18.552,57.

Liputan6.com, New York - Wall Street melemah pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta). Pelemahan Wall Street dipimpin oleh saham-saham utilitas karena investor menimbang prospek kenaikan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan.

Mengutip Reuters, Sabtu (20/8/2016), Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 45,13 poin atau 0,24 persen ke angka 18.552,57. S&P 500 juga kehilangan kekuatan 3,15 poin atau 0,14 persen menjadi 2.183,87. Sedangkan Nasdaq Composite turun 1,77 poin atau 0,03 persen ke angka 5.238,38.

Saham-saham di sektor utilitas menjadi pendorong utama penurunan S&P 500. Sektor tersebut turun 1,2 persen karena investor melihat ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) dalam beberapa bulan ke depan.

Anggota The Fed dari San Francisco John Williams pada Kamis kemarin menyatakan bahwa Bank Sentral terlalu lama menunggu saat yang tepat untuk menaikkan suku bunga. Waktu yang diperlukan tersebut membuat biaya yang lebih mahal bagi perekonomian.

Dengan pertimbangan tersebut, maka suku bunga harus segera dinaikkan agar biaya yang dikeluarkan tidak bertambah besar lagi. Menurut Williams, September menjadi waktu yang tepat untuk menaikkan suku bunga.

Sehari sebelumnya, Pejabat Bank Sentral AS New York William Dudley mengatakan, kenaikan suku bunga bisa terjadi pada September nanti.

Para pelaku pasar juga memperkirakan bahwa Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen akan memberikan gambaran rencana kenaikan suku bunga pada pertemuan antara gubernur bank sentral dunia yang akan dilakukan di Wyoming pada pekan depan.

"Wall Street telah berakhir cukup tinggi pada perdagangan sebelumnya. Sekarang sudah waktunya untuk melihat kembali nilai pasar dari masing-masing saham," jelas Terry Sandven, Kepala Analis U.S. Bank Wealth Management, Minneapolis, AS.

"Saya pikir gerak saham akan mendatar dalam satu bulan ke depan sambil melihat apa yang akan terjadi dengan suku bunga acuan September nanti," tambah dia. (Gdn/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya