Liputan6.com, Jakarta - Presiden baru Filipina yang belum genap empat bulan menjabat, Rodrigo Duterte, menjadi sosok kontroversial dari awal kepemimpinannya. Ia mengimbau warga untuk menembak mati bandar narkoba, bahkan hadiah disiapkan bagi siapa saja yang melakukannya.
Sejauh ini sekitar 900 tersangka penyelundup narkotika tewas sejak Mei lalu -- persis setelah Duterte berkuasa.
Advertisement
Akibat kebijakannya tersebut dua ahli HAM PBB dilaporkan telah mendesak Manila untuk menghentikan eksekusi. Namun Duterte justru mengundang para ahli PBB untuk menyelidiki langsung hal ini.
Ia pun tak segan menyebut PBB 'bodoh' dan tidak takut memisahkan diri dari lembaga itu. Artikel tentang pernyataan kontroversial tersebut menyedot perhatian pembaca Liputan6.com kanal Global, edisi Minggu (21/8/2016).
Dua artikel lain yang menarik perhatian pembaca adalah meninggalnya kakak bocah Suriah yang menggemparkan dunia, serta penuturan WNI korban eksploitasi seksual yang menjadi pejuang di AS.
Berikut Top 3 Global Selengkapnya...
1. Presiden Filipina Ancam Keluar dari PBB, Ada Apa?
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte mengancam negaranya akan keluar dari PBB. Pernyataan ini ditegaskan Duterte menyusul kritik tajam yang disampaikan organisasi internasional itu terkait dengan kebijakannya dalam perang melawan narkoba.
Duterte juga mengatakan jika Filipina hengkang dari PBB maka ia akan mengundang China dan sejumlah negara Afrika untuk mendirikan organisasi tandingan.
Sejak menjabat sebagai presiden, Duterte yang juga mantan Wali Kota Davos itu menjalankan kebijakan kontroversial dalam rangka perang terhadap narkoba.
2. Kakak Bocah Suriah yang Menggemparkan Dunia Meninggal
Beberapa hari lalu dunia digemparkan oleh foto seorang bocah Suriah yang sedang duduk termangu di kursi ambulans berwarna oranye, dengan sekujur tubuh berselimut debu dan bagian wajah berlumuran darah. Namanya Omran Daqneesh, bocah lima tahun itu selamat dalam pengeboman pada Rabu 17 Agustus lalu.
Namun nasib baik Omran, tak dialami sang kakak, Ali, yang lima tahun lebih tua. Bocah itu meninggal dunia akibat luka, setelah pesawat pembom menghantam kediaman keluarga mereka di Aleppo.
Kabar tersebut dikuatkan dengan pernyataan seorang jurnalis Timur Tengah, Kareem Shaheen. Ia menuliskan di Twitter, "Telah dikonfirmasi oleh dokter yang merawat Omran Daqneesh bahwa kakak laki-lakinya meninggal dunia karena luka yang ia derita..."
3. Penuturan WNI Korban Eksploitasi Seksual yang Jadi Pejuang di AS
Nama perempuan itu Shandra Woworuntu. Krisis moneter pada 1998 yang menghancurkan kariernya di sebuah bank, serta mimpi indah meraup dolar dari bekerja di bidang perhotelan, membuatnya rela merantau ke Amerika Serikat.
Siapa sangka, langkah kaki pertamanya menginjak Negeri Paman Sam pada Juni 2001, di Bandara John F Kennedy, New York menjadi awal sebuah episode paling suram dalam hidupnya.
Oleh pria yang menjemputnya, Shandra diminta masuk ke sebuah mobil van yang telah menunggu. Kendaraan itu tak menuju ke Chicago seperti yang dijanjikan. Malam itu, mereka menginap 'Big Apple'. Ia tak sendirian kala itu, ada lima lagi 'calon pegawai' dari Indonesia.