SKK Migas Kaji Ulang Biaya Proyek Blok Masela

SKK Migas membentuk tim bersama Inpex Corporation selaku operator dan Kementerian ESDM untuk mengkaji ulang biaya‎ pengembangan Blok Masela.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 22 Agu 2016, 15:00 WIB
Rencananya, blok ini akan dikelola dua perusahaan yakni Inpex dan Shell.

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sedang mengkaji ulang biaya pengembangan Blok Masela, di Maluku.

Ini seusai Menteri Energi dan Sumber Daya (ESDM) terdahulu Arcandra Tahar yang sempat mengatakan jika biaya pengembangan Blok Masela bisa lebih rendah dari hitungan awal.

Deputi Pengendalian Operasi SKK Migas Muliawan mengatakan, pihaknya membentuk tim bersama Inpex Corporation selaku operator dan Kementerian ESDM untuk mengkaji ulang biaya‎ pengembangan Blok Masela ini. Tim tersebut pun sudah mulai bekerja.

‎"Itu sedang kita pretelin. Tim Inpex, SKK Migas, dan ESDM lagi review lagi biaya-biaya yang harus diinvestasikan. Mudah-mudahan bisa turun," kata dia di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Senin (22/8/2016).

Menurut dia, faktor yang diperkirakan dapat menjadi pemicu penurunan biaya pengembangan Blok Masela antara lain, teknologi dan  jasa penunjang, yang saat ini sedang berlebih akibat menurunnya kegiatan hulu migas seiring penurunan harga minyak dunia.

"Kan harga ini kan fungsi daripada suplai demand kan. Nah, penawarannya juga relatif rendah. Di samping kita review lagi teknologi-teknologi yang diimplementasikan, biar lebih pas," terang dia.

‎Namun, dia mengakui, perubahan posisi pembangunan fasilitas pengolahan gas yang awalnya berlangsung di laut (offshore) menjadi di darat (onshore) mempengaruhi biaya pengembangan blok yang terletak di Maluku tersebut. "Sangat, karena mempengaruhi panjang pipa dan macam-macam. Sama fasilitas yang ada," tutur dia.

Saat masih menjabat, Menteri ESDM Arcandra Tahar mengaku bisa menekan biaya pengembangan Blok Masela di Maluku meski pembangunannya berlangsung di darat.

Sepekan usai menjabat sebagai menteri, dia mengaku langsung melakukan pertemuan dengan Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS).

Pertemuan ini guna meminta agar KKKS mempercepat proyek‎ migas yang saat ini sedang dalam perencanaan. Hal tersebut sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Arcandra mengatakan, proyek pengembangan fasilitas gas di Blok Masela yang dibangun di darat adalah salah satu yang menjadi perhatiannya. Dia pun memanggil operator Blok Masela Inpex Corporation, untuk membahas teknikal dan komersial proyek tersebut.

"Saya memimpin meeting sendiri dengan teman-teman. Pertama meeting dengan Inpex untuk masalah Masela. Di mana kita tahu Masela adalah isu besar. Nah dalam meeting itu selain bicara tentang teknikal, saya bicara tentang komersial," jelas Arcandra.

Arcandra mengatakan, ‎keputusan akhir investasi (Final Investment Development/F‎ID) pengembangan lapangan abadi, Blok Masela bisa selesai pada 2018.

Hal tersebut sesuai dengan rencana Operator Blok Masela Inpex Corporation ketika mengajukan skema kilang gas alam cair (Liqufied Natural Gas/ LNG)‎ tengah laut. Sebelum diputuskan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pembangunan skema kilang di darat.

Selain FID, Candra pun yakin ‎pengerjaan desain rinci (front end engineering design/FEED) setelah diputuskan pembangunan kilang dilakukan di darat dapat selesai dalam waktu dua tahun. "‎Insya Allah bisa (FEED selesai 2 tahun dan FID pada 2018)," jelas Arcandra, beberapa waktu lalu.

Adapun dalam hitungan awal, pengembangan blok Masela melalui onshore sekitar US$ 19,3 miliar. Sementara bila dibangun offshore mencapai US$ 14,8 miliar.(Pew/Nrm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya