Liputan6.com, Jakarta - Garibaldi Thohir atau akrab disapa Boy Thohir merupakan sosok paling berperan dalam membangun kejayaan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menjadi salah satu produsen batu bara raksasa di dunia. Orang terkaya di Indonesia ke-42 versi Forbes ini sukses memerahputihkan Adaro dari kepemilikan asing.
Di acara Inspirato Liputan6.com, Jakarta, Selasa (23/8/2016), Boy Thohir yang nampak gagah menggunakan seragam kebesaran Adaro berwarna putih itu menceritakan sepak terjangnya membesarkan Adaro.
Dimulai pada 2005, Presiden Direktur Adaro Energy ini mulai terjun ke bisnis tambang batu bara. Perusahaan konsorsium Boy Thohir berhasil mencaplok saham Adaro Energy dari New Hope, perusahaan asal Australia.
Baca Juga
Advertisement
"Saya melihat riset, dan lainnya, asing dan banyak orang meragukan bahwa orang Indonesia tidak bisa mengelola tambang. Tapi saya buktikan saya bisa membeli Adaro dari asing di 2005," kata Pria jebolan Universitas Northrop, Amerika Serikat (AS) itu.
Setelah masuk menekuni bisnis tambang batu bara di Adaro, diakui Boy Thohir, sebagian besar manajemen perusahaan yang semula dikuasai asing itu adalah orang Indonesia. Dengan tekad kuat menepis anggapan orang bahwa orang pribumi kurang piawai mengelola perusahaan tambang, maka ia meminta bantuan manajemen.
"Kalau asing bisa, kenapa saya tidak bisa. Makanya saya minta kepada manajemen untuk membantu saya mengembangkan dan membesarkan Adaro. Karena kalau saya gagal, kita semua yang gagal. Dan pasti asing akan senang dan terbukti bahwa orang Indonesia cuma bisa beli, tapi tidak bisa urus sehingga kolaps," terangnya.
Berkat kerja keras dari seluruh tim manajemen dan karyawan, dukungan dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat, Boy Thohir bangga Adaro Energy dapat terus bertahan di puncak mengibarkan bendera perusahaan, di tingkat regional bahkan dunia.
Proyek prestisius Adaro baru-baru ini dan menjadi tonggak sejarah baru Adaro Energy adalah realisasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang, Jawa Tengah berkapasitas 2x1.000 Megawatt (Mw). Proyek ini merupakan PLTU terbesar se-Asia Tenggara.
Proyek yang diperkirakan menelan investasi US$ 4,2 miliar milik PT Bhimasena Power Indonesia, di mana 34 persen sahamnya dimiliki Adaro Power, anak usaha Adaro Energy.
"Kenapa saya mau masuk Adaro, karena saya ingin menciptakan lapangan kerja lebih besar, mewujudkan mimpi menjadi pemain kelas dunia, dan memberikan kontribusi lebih besar lagi kepada negara," kata Boy Thohir. (Fik/Gdn)