Awas Tersengat, Ubur-Ubur Sudah Sampai Pantai Selatan

Sengatan ubur-ubur memicu sakit sampai sesak napas, kini sudah sampai pantai selatan.

oleh Yanuar H diperbarui 23 Agu 2016, 17:30 WIB
Pada saat penyelaman, kerumunan ubur-ubur itu sedang berpindah beramai-ramai dari sisi timur danau ke sisi barat.

Liputan6.com, Yogyakarta - Ubur-ubur di pantai selatan Yogyakarta kerap muncul saat Agustus. Ubur-ubur ini tidak jarang menyengat beberapa pengunjung di wilayah Gunungkidul.

Wakil Koordinator SAR Satlinmas wilayah II Gunungkidul, Sukamto mengatakan, ubur-ubur itu termasuk dalam jenis ubur-ubur beracun (Rhizotomae) yang sudah banyak berada di kawasan laut pantai selatan.

Ubur-ubur yang sempat terlihat di jarak 200 meter dari bibir pantai kini mulai terlihat di pantai sepanjang Gunungkidul. Bahkan pada Minggu 21 Agustus 2016, tercatat beberapa pengunjung terkena sengatan ubur-ubur.

"Sudah sampai bibir pantai hari Minggu kemarin. Ada empat orang kena, tapi belum serius. Kena di pantai sepanjang Gunungkidul. Biasanya tahun-tahun sebelumnya di Pantai Kukup, sepanjang Drini, Sundak, Tunggal semua, kecuali Baron enggak kan airnya bercampur air tawar. Di samping kan juga ada teluk," ujar Sukamto, Selasa (23/8/2016).

Sukamto mengatakan, tubuh ubur-ubur itu berbentuk payung berumbai dapat menyebabkan gatal di kulit jika tersentuh. Ia menyebut, tahun lalu jumlah pengunjung tersengat ubur-ubur mencapai 500 orang. Oleh karena itu pengunjung pantai di Gunungkidul diminta menjauhi binatang itu.

"Seperti tersengat lebah dan gatal. Tidak mematikan, tapi sakitnya luar biasa sampai sesak napas. Tahun lalu kalau enggak salah 500 lebih yang sempat terdata. Kan ada yang kena tapi enggak lapor," kata dia.

Untuk meminimalkan korban, pihaknya sudah memasang papan pengumuman untuk menghindari binatang ini. Papan pengumuman ini dipasang di seluruh pantai di Gunungkidul.

"Ada bikin banner ukuran 50-60 cm imbauan tulisan juga ada tulisan bila terkena bagaimana. Dipasang di pintu masuk dekat pantai atau di sepadan," ucap dia.

Sukamto mengatakan, ubur-ubur yang keluar saat ini terhitung lambat. Biasanya ubur-ubur ini keluar pada Juni dengan puncaknya Agustus. Namun tahun ini, ubur-ubur ini baru keluar Agustus. Perkembangan ubur-ubur ini dipengaruhi udara dingin dan angin di kawasan pantai.

"Sudah mulai ada tahun kemarin Juni tapi berhubung Juni masih banyak hujan baru pertengahan ini mulai keluar. Dipengaruhi oleh angin dan udara dingin. Dingin maka berkembangnya cepat dan angin cepat membawa ke darat," tutur Sukamto.

Sukamto menjelaskan, perkembangan ubur-ubur ini dipengaruhi cuaca. Jika kondisi cuaca kering tanpa ada hujan maka dipastikan perkembangan ubur-ubur semakin banyak. Namun jika sudah mulai hujan, maka ubur-ubur tersebut akan mati.

"Biasanya sampai musim hujan, kalau tahun lalu bulan Desember mulai hujan. Kalau belum ada hujan ya akan terus ada," Sukamto menandaskan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya