Spekulasi Kebijakan The Fed Bayangi Bursa Asia

Pergerakan bursa Asia dipengaruhi sentimen global pada perdagangan saham Rabu pekan ini terutama dari bursa Amerika Serikat.

oleh Agustina Melani diperbarui 24 Agu 2016, 08:35 WIB
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia konsolidasi pada perdagangan Rabu pekan ini didorong sentimen penguatan bursa saham Amerika Serikat (AS). Selain itu, ada spekulasi bank sentral AS atau the Federal Reserve belum akan menaikkan suku bunga seiring data ekonomi bervariasi. Namun, harga minyak dunia cenderung turun seiring data menunjukkan pasokan minyak AS meningkat.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik tipis 0,1 persen ke level 139,34 pada awal perdagangan. Indeks saham Jepang Topix menguat 0,7 persen.

Selain itu, indeks saham Korea Selatan Kospi menguat tipis 0,1 persen. Indeks saham Australia/ASX 200 naik tipis 0,1 persen. Indeks saham Selandia Baru melemah 0,1 persen.

Pergerakan bursa Asia dipengaruhi sentimen global. Bursa saham Amerika Serikat dengan indeks saham S&P mencatatkan rekor tertinggi didorong data lonjakan penjualan rumah baru dan perlambatan manufaktur AS menjadi spekulasi terkait kebijakan the Fed. Pelaku pasar juga mempertanyakan komentar terbaru dari pejabat the Fed yang agresif soal suku bunga.

"Sedangkan data Amerika Serikat baru-baru ini bervariasi ada kemungkinan the Fed menaikkan suku bunga namun sisi lain tidak ada alasan kuat untuk menaikkannya. The Fed menyadari kalau ada risiko besar bahwa jika kondisi ekonomi memburuk maka mereka memiliki sangat sedikit ruang untuk bergerak. Mengingat ini the Fed akan menaikkan suku bunga sebisa yang mereka lakukan," jelas Michael McCarthy, Chief Market Strategis CMC Markets seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (24/8/2016).

Adapun pelaku pasar akan memperhatikan pidato pimpinan bank sentral AS Janet Yellen pada Jumat pekan ini. Di pasar komoditas pada Rabu pagi ini, harga minyak mentaj Brent turun 0,6 persen menjadi US$ 49,65 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) tergelincir 0,85 persen menjadi US$ 47,68. (Ahm/Gdn)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya