Liputan6.com, Yogyakarta - Warga Yogya kini bisa mengakses buku-buku koleksi perpustakaan lewat layar ponsel. Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah meluncurkan aplikasi perpustakaan online, iJogja.
Kepala BPAD DIY Budi Wibowo mengatakan, aplikasi ini sudah diluncurkan pada awal Agustus 2016. Aplikasi ini akan memudahkan warga dalam mengakses buku-buku yang ada di Perpusda (Perpustakan Daerah) DIY. Aplikasi ini nantinya diharapkan dapat mendekatkan warga Yogya dengan buku.
"Jadi masyarakat yang ada di wilayah Yogya bisa akses itu. iJogja adalah konsep digital library yang memang kita suguhkan bagi masyarakat DIY. Tujuannya paling utama agar masyarakat semakin mudah mengakses informasi yang selama ini ada di dalam buku perpustakaan," kata Budi di Yogyakarta, Selasa (23/8/2016).
Dengan iJogja, untuk mengakses buku online Perpustakaan DIY, hanya tinggal login menggunakan e-mail ataupun media sosial Facebook. Sebanyak tiga ribu koleksi buku baru, mulai dari sastra, buku pelajaran, hingga ekonomi sudah diunggah.
"Ada 3 ribu upload nanti akan ditambah. Ada buku baru, nanti buku lama akan di-online-kan. Jadi dengan iJogja dari rumah bisa baca buku perpusda," tutur dia.
Baca Juga
Advertisement
Tidak hanya buku baru yang akan diunggah dalam aplikasi ini, buku langka pun bakal menyusul. Budi menargetkan tahun ini akan ada penambahan 2 ribu dari 21 ribu buku yang termasuk dalam kategori langka dan unik.
Disebut buku langka bila terbitnya lebih dari 50 tahun lalu dan sudah tidak diterbitkan lagi. Di antara buku-buku langka itu, ada yang dibuat pada 1800 lalu.
"Ada buku serat Damar Wulan, Seloroso itu khas Jogja. Jadi ada naskah sumber arsip kita. Kita punya naskah tentang tanah ngindung orang yang menempati tanah kraton. Ada dasar hukumnya antara bersangkutan dengan kraton itu jadi naskah sumber arsip. Lalu ada naskah arsip tentang kehidupan Sultan HB IX itu bisa mengilhami daya juang pembaca," ujar dia.
Budi melanjutkan masyarakat yang membaca buku di lewat aplikasi ini akan diberi waktu seminggu untuk membaca. Setelah masa itu, masyarakat harus antre kembali jika akan membaca buku yang sama.
"Jadi nanti seminggu buku itu akan hilang. Jadi kalau mau baca lagi ya antre dulu. Kalau antreannya banyak, ya posisinya nunggu. Misalnya hanya tiga buku hanya tiga orang yang baca lainnya nunggu kalau orang sudah kembalikan, baru bisa baca," ucap Budi.