Jelang Kurban, Yogya Waspadai Sapi dari Sragen dan Boyolali

Hewan kurban yang sehat dapat dilihat dari kondisi fisiknya, yaitu mata jernih, hidung, mulut, telinga tidak mengeluarkan lendir.

oleh Liputan6 diperbarui 24 Agu 2016, 17:07 WIB
(Ilustrasi sapi)

Liputan6.com, Yogyakarta - Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit antraks pada hewan kurban, khususnya sapi. Karena itu, hewan kurban yang masuk ke Yogyakarta diminta untuk dilengkapi dengan surat keterangan sehat dari daerah asalnya.

"Tidak ada larangan bagi sapi dari daerah-daerah tertentu untuk masuk ke Kota Yogyakarta asalkan sudah mengantongi surat keterangan sehat dari daerah asalnya," kata Kepala Seksi Pengawasan Mutu Komoditas dan Kesehatan Hewan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta Endang Finiarti seperti dikutip dari Antara, Rabu (24/8/2016).

Sapi dari beberapa daerah yang perlu diwaspadai membawa penyakit antraks di antaranya Boyolali dan Sragen. Ciri-ciri hewan yang terserang antraks, yakni tubuh demam dan mengeluarkan cairan merah kehitaman dari mulut atau hidung.

Namun demikian, imbuh Endang, sebagian besar sapi yang biasanya dijual di Kota Yogyakarta untuk keperluan hewan kurban tidak berasal dari kedua kabupaten tersebut, melainkan dari kabupaten di DIY. Dan untuk kambing berasal dari Magelang, Ambarawa, Purworejo, serta Wonosobo.

"Di Kota Yogyakarta, sebenarnya ada kelompok peternak sapi dan kambing. Namun, produksinya belum mampu mencukupi kebutuhan, sehingga perlu didatangkan sapi dari luar daerah," tutur dia.

Endang menuturkan, Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta akan memantau tempat-tempat penjualan hewan kurban. Hal ini untuk memastikan agar seluruh hewan kurban yang dijual di Kota Yogyakarta dalam kondisi sehat dan memenuhi syarat.

Pemantauan akan dilakukan mulai H-10 Idul Adha dengan bantuan 125 mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada. "Akan ada tim yang dibagi di tiap kecamatan. Mereka akan memeriksa kondisi kesehatan hewan di seluruh lokasi penjualan," ujar Endang.

Hewan kurban yang dinyatakan sehat akan memperoleh label dari petugas. Sekitar 4.000 label bakal disiapkan.

Ia menekankan, hewan kurban yang sehat dapat dilihat dari kondisi fisiknya, yaitu mata jernih, hidung, mulut, telinga tidak mengeluarkan lendir, bulu mengkilat. Dan yang paling mudah dilihat adalah nafsu makan hewan baik.

"Jika tidak yakin dengan kondisi hewan kurban, maka pedagang maupun masyarakat bisa menghubungi petugas untuk memastikan kondisi kesehatannya," ucap dia.

Selain itu, petugas juga akan memantau di lokasi penyembelihan saat hewan belum disembelih dan pemeriksaan satelah hewan disembelih. Pada tahun lalu, ditemukan 63 kasus cacing hati dari 149 tempat penyembelihan hewan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya