Liputan6.com, Bandung - 400 peneliti kesehatan se-Indonesia urun rembuk dalam Forum Riset Life Science Nasional (FRLN) 2016 yang diselenggarakan PT Bio Farma, Bandung, di Jakarta pada 25-26 Agustus 2016 ini.
Tujuan kegiatan ini antara lain mengurangi ketergantungan atas produk obat berbasis teknologi life science, yang mana saat ini sekitar 70 persen suplai obat dan bahan bakunya merupakan produk impor.
Menurut Ketua Panitia FRLN 2016, dr. Maharani, untuk percepatan produksi tersebut, urun rembuk dilakukan para peneliti yang merupakan perwakilan pemerintah, industri, akademisi, dan komunitas.
Sesuai namanya, forum yang terbentuk sejak 2011 silam ini sebelumnya bernama Forum Riset Vaksin Nasional (FRVN). Namun sejak tahun ini, forum ini berubah nama menjadi FRLN. Adapun Bio Farma adalah penggagas FRVN yang merupakan bagian dari program Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional (Insinas) dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Baca Juga
Advertisement
"FRLN diadakan dengan tujuan untuk pengembangan produk biofarmasetikal, farmasi, dan alat kesehatan di dalam negeri guna mewujudkan kemandirian produk nasional," kata Maharani, di Bandung, Selasa (23/8/2016), seraya menuturkan bahwa kegiatan ini akan dibuka Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nila Moeloek dan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir.
Konsep FRLN tahun ini, ujar Maharani, akan difokuskan pada diskusi capaian hasil konsorsium dan working group di hari pertama untuk menghasilkan rekomendasi percepatan ke arah komersialisasi. Di hari kedua, hasil dan rekomendasi disampaikan kepada para pemangku kepentingan agar percepatan komersialisasi produk life science terkawal dengan baik.
Pada tahun ini, sebagai bentuk dukungan Bio Farma terhadap riset life science di Indonesia timur, akan dilakukan penandatanganan nota kesepahaman kerja sama riset produksi antiserum antara Direktur Utama Bio Farma dengan Rektor Universitas Nusa Cendana Kupang, NTT.
Selain itu, untuk melindungi pengelolaan terhadap kekayaan intelektual, juga akan ditandatangani nota kesepahaman antara Bio Farma dengan Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Republik Indonesia.
Direktur Utama Bio Farma, Iskandar, menambahkan, FRLN 2016 menargetkan percepatan hilirisasi serta tujuan akhir komersialisasi produk life science yang akan diakui sebagai produk nasional hasil kerja nyata putra-putri terbaik bangsa Indonesia.
"Ini juga bagian dukungan terhadap Inpres No. 6 tahun 2016, yang mana pemerintah menyatakan mendorong pengembangan biofarmasetikal. Termasuk di dalamnya penguasaan teknologi dan inovasi bidang farmasi dan alat kesehatan, sehingga kemandirian bangsa bidang farmasi dan alat kesehatan tercapai," tutur Iskandar.
Ia juga mengatakan konsorsium penelitian yang sudah terbentuk dalam enam tahun terakhir ini telah mendapat dukungan pendanaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi seperti lima konsorsium penyakit TB, Hepatitis B, Dengue, HPV, dan HIV.
"Di samping itu, juga telah ada tujuh working group yakni Eritropoietin (EPO), Rotavirus, Malaria, Influenza, Stem cell, Delivery Systems, Adjuvant, dan Pneumokokus," ujar Iskandar.
Menurut dia, konsorsium dan working group riset di bidang life science masih memerlukan dukungan pengembangan. Khususnya di bidang pendanaan, Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP) yang berada di bawah naungan Kementerian Keuangan diharapkan dapat mendorong riset strategis dan inovatif yang implementatif dan menciptakan nilai tambah.
(Msu/Why)