Liputan6.com, Surabaya - Tutik Handayani, gadis Lumajang, Jawa Timur, yang menderita facial cleft atau secara medis disebut sumbing wajah akhirnya boleh pulang ke kampung halamannya di Desa Urang Gantung, Kecamatan Sukodono, Lumajang. Operasi tahap pertamanya di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) Surabaya berjalan sukses.
Sekitar pukul 09.00 WIB, Kamis, 25 Agustus 2016, perempuan kelahiran 5 November 1999 itu pulang bersama dengan rombongan Asosiasi Penyandang Cacat Indonesia cabang Lumajang.
"Setelah dinyatakan sehat oleh dokter Putri pasca-operasi tahap pertama, akhirnya pasien Tutik tadi pagi sudah pulang," tutur Manajer Keperawatan RSUA, Purwaningsi, kepada Liputan6.com di Surabaya, Jatim, Kamis, 25 Agustus 2016.
Baca Juga
Advertisement
Purwaningsi mengatakan, Tutik si gadis Lumajang kini tinggal menunggu jadwal berikutnya untuk menjalani operasi tahap dua.
"Operasi tahap dua saya belum tahu kapan pastinya. Kami hanya menunggu kabar dari dokter Putri dan juga tergantung kondisi Tutik," ujar Purwaningsi.
Menurut dia, kasus facial cleft ini baru pertama ditangani di RSUA. "Pasien facial cleft pernah ditangani di RSUD Dr Soetomo, tetapi dilakukan sejak usia pasien masih dini. Kalau Tutik kan beda. Dia dioperasi pada usia 16 tahun, jadi tingkat kesulitannya juga beda," ujar Purwaningsi.
Tutik Handayani adalah seorang gadis yang didiagnosis menderita facial cleft atau secara medis disebut sumbing wajah bawaan sejak lahir. Putri semata wayang Fatmawati ini memiliki struktur wajah yang berbeda dengan kebanyakan orang.
Bibirnya memanjang hingga ke mata kiri, begitu pula dengan struktur gigi dan matanya, sehingga Tutik menjadi tidak bisa melihat. Karena itu gadis Lumajang ini harus menjalani operasi di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) Surabaya. Seluruh biaya perawatan Tutik akan ditanggung oleh Ikatan Alumni Unair Surabaya.