Liputan6.com, London - Insiden pengusiran muslim dari pesawat terbang terulang. Kali ini terjadi di penerbangan dari London ke Italia.
Tiga bersaudara, di antaranya dua muslimah cantik, berencana menuju Naples, Italia, untuk berlibur pada 18 Agustus 2016. Di dalam penerbangan EasyJet, di Bandara Stansted, mereka didekati oleh kru kabin.
Advertisement
Ketiga bersaudara itu lantas diminta keluar dari pesawat. Oleh petugas mereka dipertemukan oleh beberapa anggota polisi bersenjata yang menanyakan apakah mereka bisa berbahasa Inggris.
Sakhma, salah satu dari tiga bersaudara, menjawab bahasa Inggris adalah satu-satunya bahasa yang mereka kuasai karena mereka lahir dan besar di London.
Oleh para polisi, mereka diinformasikan kalau seorang penumpang melaporkan kepada kru kabin bahwa ada teks bahasa Arab di telepon mereka. Penumpang itu curiga mereka pendukung ISIS.
"Andai aku dan saudari tidak memakai kerudung, insiden ini tak bakal terjadi. Kami tak bakal berada di situasi seperti ini," kata Maryam dalam sebuah interview dengan Channel 4 News, seperti dikutip dari News.com.au Jumat (26/8/2016).
Menurut Maryam, para polisi menuduhnya tengah membaca pesan ISIS di telepon genggamnya.
"Aku lantas menunjukkan WhatsApp-ku dengan ayah. Kami sedang berbincang soal pemimpin sayap kiri Jeremy Corbyn, tak ada bahasa Arab," ujar Maryam.
"Kecuali kalau berbicara sayap kiri itu kejahatan, satu-satunya tindakan kriminal yang kami lakukan hanyalah itu," timpal Sakhma.
Maryam mengatakan tak ada satu pun permintaan maaf dari pihak EasyJet.
"Kami dipermalukan, kami diperlakukan seperti penjahat. Diusir keluar dari pesawat di depan seluruh penumpang," tutur Maryam.
Sementara itu, Ali tidak banyak diinvestigasi.
"Mungkin karena profilku bukan tipikal muslim," ujar Ali. Padahal tiga bersaudara itu sama sekali bukan orang Arab. Asal mereka India.
Dalam pernyataan, Polisi Essex mengatakan mereka telah dikontak terkait dengan kelakuan tiga orang yang tengah membaca pesan di ponsel mereka.
"Petugas segera datang dan menemukan tidak ada tindakan negatif dan para perempuan itu akhirnya bisa naik lagi ke pesawat. Kami puas semua terselesaikan dengan baik."
Sementara itu, EasyJet juga mengeluarkan pernyataan yang membela pihak maskapai.
"Keselamatan dan keamanan penumpang dan kru adalah prioritas utama, yang berarti kalau ada sesuatu yang dicurigai kami akan menginvestigasi sebagai tindakan preventif. Kami meminta maaf atas segala ketidaknyamanan yang terjadi dengan para penumpang."