Tutik, Pasien Wajah Sumbing Lumajang, Tak Boleh Garuk Pipi

Tutik berencana dioperasi tahap dua untuk memperbaiki daya penglihatannya yang tertutup akibat penyakit wajah sumbing yang dideritanya.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 26 Agu 2016, 15:31 WIB
Gadis 16 tahun asal Desa Urang Gantung, Kecamatan Sukodono, Lumajang, Jawa Timur, mengalami kelainan cacat wajah bawaan sejak lahir. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Direktur Utama (Dirut) Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) Surabaya, Nasronudin, berpesan kepada Tutik Handayani, pasien penderita wajah sumbing (facial cleft), untuk tidak menggaruk wajahnya saat di rumah.

Gadis remaja berusia 16 tahun itu telah pulang ke rumahnya yang berlokasi di Desa Urang Gantung, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Lumajang, bersama dengan rombongan Asosiasi Penyandang Cacat Indonesia cabang Lumajang pada Kamis, 25 Agustus 2016, pukul 09.00 WIB.

"Sepuluh hari lagi nanti, dia harus datang untuk kontrol di poli bedah plastik. Dan jika hasilnya bagus, jahitan di wajahnya memungkinkan untuk dilepas. Bahkan, Tutik bisa segera dioperasi kembali dalam dua hingga hari berikutnya," tutur Dirut RSUA yang akrab disapa Nasron, Jumat (26/8/2016).

Nasron mengatakan Tutik harus mempunyai waktu istirahat yang cukup supaya kondisinya cepat pulih dan dia bisa menjalani operasi lanjutan. "Tapi, enggak ada pantangan khusus untuk makanan, kok," ucap Nasron.

Nasron juga menyampaikan bahwa putri dari Fatmawati itu supaya berhati-hati terhadap kulit baru Tutik. Sebab, adik angkat dia bisa saja gemas melihat wajah barunya.

"Tidak harus steril, tapi dijaga biar adiknya tidak menyentuh atau menggaruk mukanya," ucap Nasron.
 
Nasron menerangkan operasi tahap kedua akan lebih difokuskan pada bagian bola mata. Kelainan yang dia derita membuatnya mengalami gangguan penglihatan.

Penyebabnya, bola matanya tak terbentuk secara sempurna. Kelopak matanya sebelah terbuka, tapi ada sebentuk selaput yang menutupi, sehingga ia tak dapat melihat.

Sedangkan bola mata sebelah kanannya mengecil, sehingga tak merespons cahaya. "Nanti di operasi kedua, tim dokter akan mengkondisikan rongga bola matanya supaya mendekati kewajaran," kata Nasron.

"Operasi tahap kedua ini memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi sebab berhubungan dengan bagian tulang pipi. Hal ini berbeda dengan operasi tahap pertama yang berkaitan dengan jaringan dan kulit di bagian pipi," ujar Nasron lagi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya