Liputan6.com, New York - Bursa Amerika Serikat (AS) bergerak melemah menjelang akhir pekan ini seiring pernyataan pejabat bank sentral AS atau the Federal Reserve.
Pada penutupan perdagangan saham Jumat (Sabtu pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 53,01 poin atau 0,29 persen ke level 18.395,4. Indeks saham S&P 500 tergelincir 3,43 poin atau 0,16 persen ke level 2.169,04. Indeks saham Nasdaq naik 6,71 poin atau 0,13 persen ke level 5.218,92.
Pergerakan bursa saham AS cenderung volatile. Indeks saham S&P 500 sempat menguat setelah pimpinan bank sentral AS Janet Yellen memperkuat alasan untuk menaikkan suku bunga. Namun belum memberi kepastian kapan the Fed akan menaikkan suku bunga.
Yellen menuturkan, ekonomi AS sudah berjalan sesuai jalur yang dituju the Fed. Kenaikan suku bunga harus "bertahap" ke depannya. Namun indeks saham bergerak melemah setelah komentar agresif dari wakil pimpinan the Fed Stanley Fischer yang menyatakan kemungkinan suku bunga segera naik pada September 2016.
Baca Juga
Advertisement
Menurut FedWatch CME Group, peluang kenaikan suku bunga pada September 2016 naik menjadi 36 persen dari 21 persen. Sedangkan kenaikan suku bunga pada Desember naik menjadi 63,7 persen dari 51,8 persen.
Sektor saham perbankan pun menguat. Indeks KBW Nasdaq bank menguat 0,74 persen. Hal ini berlawanan dengan sektor saham yang sensitif dengan suku bunga antara lain utilitas dan telekomunikasi yang melemah.
Indeks saham S&P 500 sektor utilitas melemah 2,1 persen, dan mencatatkan penurunan terburuk dalam empat bulan. Sektor saham telekomunikasi merosot 1,1 persen.
"Ketika Fischer memberikan pernyataan telah membuat investor mengabaikan pernyataan Yellen. Ini tentu menyebabkan kekhawatiran sehingga investor akan antisipasi lebih cepat," ujar Investment Strategist Kate Warne seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (27/8/2016).
Bursa AS pun cenderung volatile. Indeks saham CBOE Volatility yang mengukur kekhawatiran investor naik ke level 14,93.
Volume perdagangan saham pun tercatat 6,57 miliar saham di bursa AS dibandingkan rata-rata harian sekitar 6,16 miliar selama 20 sesi terakhir. (Ahm/Ndw)