Pacu Itik, Pertarungan Jet Hidup Penjaga Gengsi Pejabat

Sebelum disuruh berpacu, para itik diberi perawatan spesial agar bisa menang dalam pertarungan.

oleh Erinaldi diperbarui 27 Agu 2016, 19:44 WIB
Sebelum disuruh berpacu, para itik diberi perawatan spesial agar bisa menang dalam pertarungan. (Liputan6.com/Erinaldi)

Liputan6.com, Padang - Pacu Itik menjadi tontonan seru bagi wisatawan yang menginjakkan kaki di tanah Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Di sini, itik atau bebek dihargai lebih dari sekadar petelur atau lauk sumber protein.

Mereka diperlakukan bak jet darat agar mampu melesat menyentuh finis dengan kecepatan maksimal. Siang itu, Sabtu, 6 Agustus 2016, peliput Tour de Singkarak mendapat suguhan menarik dari jet-jet hidup yang melesat bersaing untuk menjadi nomor satu.

Lintasannya di jalanan, tepat di titik akhir pebalap Tour de Singkarak etape satu menyentuh finis di depan areal wisata Ngalau Indah. Delapan ekor itik yang digenggam sang joki bersiap menunjukkan kebolehannya, terbang melintasi jalur dan finis tepat di barisan itik betina yang menunggu.

Pacu itik dipandu seorang pembawa acara yang memperkenalkan para petarung layaknya petinju. Siang itu, kebetulan itik yang mengikuti ajang balap itu milik pejabat daerah, seperti wali kota, bupati, dan sejumlah petinggi Kota Payakumbuh, Kabupaten Limapuluh Kota.

Kesehatan jet hidup yang ambil bagian dalam perlombaan ini mendapat perhatian pemilik sebelum dilepas menuju garis finis. Balapan itik merupakan agenda wisata bagi Kabupaten Limapuluh Kota yang setiap tahun bisa dinikmati para pelancong di sejumlah lokasi yang telah ditentukan, seperti Aua Kuning, Tigo Balai, Tunggul Kubang, Padang Alai, Bodi Aia Tabik.

Pengunjung bisa menikmati balapan ini di setiap akhir pekan pada September. Pacu itik dikelola Persatuan Olahraga Terbang Itik (Porti). "Ajang ini masuk dalam kalender wisata di Dinas Pariwisata Payakumbuh dan Limapuluh Kota," kata YB Datuak Parmato Alam, Ketua Porti setempat.

Pacu itik bukanlah hal baru yang dilakukan masyarakat yang dinaungi Gunung Sago. Masyarakat setempat menyakini balapan itu lahir jauh sebelum Indonesia merdeka. Beberapa pihak bahkan menyebutkan sudah ada sejak beberapa abad silam.

Itik yang mengikuti perlombaan harus memenuhi kriteria sebagai itik balapan. "Biasanya itik-itik ini akan dikurung dalam waktu tertentu oleh pemiliknya dan baru akan siap bertarung setelah melewati latihan terbang," ujar Darmon (31), pemilik itik balapan.

Pakannya dijaga seminggu sebelum turun balapan. Itik hanya mengkonsumsi padi dan telur agar mampu memberikan yang terbaik bagi majikan. Selama sepekan sebelum pacuan dihelat, itik dipijat di titik tubuhnya untuk dapat melaju lurus menyentuh finis.

Biasanya, ujar Darmon, itik yang menjadi pemenang memiliki ciri-ciri jumlah gigi yang ganjil, antara tujuh sampai sembilan gigi. Selain itu, warna kaki yang sama, hitam atau kuning dan memiliki sisik kecil di ujung jari tengah.

Tentu, memiliki sayap yang panjang dan mengarah ke atas menjadi persyaratan utama yang tak bisa diabaikan. Kondisi ini diyakini agar itik bisa terbang lurus dengan ketinggian yang bagus.

Sebelum perlombaan dimulai, itik dan sang pawang bersiap di garis start. Kelas pacu itik ini cukup beragam mulai dari 800 meter, 1.000 meter, 1.200 meter dan 1.600 meter. Setiap kelas memiliki acuan berbeda untuk menjadi pemenang.


Hiburan Berbalut Harga Diri

Itik yang menjadi pemenang memiliki ciri-ciri jumlah gigi yang ganjil, antara tujuh sampai sembilan gigi. (Liputan6.com/Erinaldi)

Pawang itik bersiap dengan muka tegang menjelang aba-aba diucapkan pemandu lomba di garis start. Kecepatan dan ketepatan para joki melepas itik ke udara menjadi penentu keberhasilan itik menyentuh finis di urutan terdepan.

Siang itu, para joki berbaris sejajar dan saat aba-aba dari pemandu lomba mengatakan mulai, mereka bergerak beberapa langkah dan dengan sepenuh tenaga terlihat melepas itik yang ada di genggaman ke udara.

Tak semuanya berhasil melepas itik dengan baik. Ada juga yang gagal sehingga itik pun rawan cedera.

Saat itu, itik Kepala Dinas Pariwisata Sumbar dinyatakan sebagai pemenang oleh pemandu lomba. Penghargaan ini membuat sang pemilik itik merasa bangga saat namanya disebut dengan pengeras suara.

Sebelum disuruh berpacu, para itik diberi perawatan spesial agar bisa menang dalam pertarungan. (Liputan6.com/Erinaldi)


Namun tak hanya pacu itik yang bisa ditemui, dinding alam Harau menjadi salah satu destinasi yang tak mungkin dilewatkan saat berkunjung ke Limapuluh Kota.

Anda juga bisa menikmati eksotisnya jalan layang Kelok 9 yang menjulang di ketinggian dan kerumunan bukit barisan di Jorong Aie Putiah, Nagari Sarilamak, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota -sekitar 30 kilometer dari pusat Kota Payakumbuh.

"Kami akan menata sejumlah destinasi wisata ini dan berharap dukungan dari investor untuk membangun infrastruktur di sini," ujar Bupati Limapuluh Kota Irfendi Arbi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya