Liputan6.com, Iligan - Sekelompok ekstremis menyerbu lembaga permasyarakatan (lapas) di Filipina Selatan. Akibatnya 28 tahanan kabur. Ini adalah insiden kabur massal terbesar dalam sejarah negeri itu.
Dilansir dari The Daily Star, Minggu (28/8/2016), 50 pria bersenjata dari kelompok teroris Maute menyerang lapas lokal di Kota Marawi, pada Sabtu 27 Agustus 2016. Kelompok yang diduga berbaiat kepada ISIS tersebut membebaskan 8 orang 'komandan' mereka yang baru saja ditangkap polisi seminggu sebelumnya.
Advertisement
Adapun 20 tahanan lain yang tidak terkait terorisme juga kabur dalam penyerangan itu. Demikian kata kepala polisi Agustine Tello.
Anggota yang dibebaskan oleh kelompok Maute ditahan 22 Agustus lalu, setelah tentara di perbatasan menemukan mereka membawa bom rakitan dan pistol di mobil yang mereka kendarai.
Grup Maute adalah salah satu kelompok kriminal di wilayah selatan Mindanao. Kelompok itu kerap melakukan penculikan dan bom. Mereka diduga keras sebagai otak penyerangan pangkalan militer di Kota Butiq pada Februari lalu.
Penyerangan itu berlangsung dengan baku tembak selama satu minggu. Selama melontarkan aksinya, mereka terlihat membawa bendara ISIS.
Pihak keamanan kini menginvestigasi bagaimana penjaga lapas tidak berusaha mempertahankan diri dalam penyerbuan itu.
Serangan ke lapas kerap terjadi di Filipina. Biasanya dilakukan oleh kelompok ekstremis.
Pada tahun 2009, lebih dari 100 pria bersenjata menyerang lapas di Pulau Basilan. 31 tahanan kabur termasuk anggota kelompok teroris.
Filipina selatan telah mengalami pemberontakan semenjak 4 dekade lalu. Konflik itu membuat 120 ribu orang tewas.
Presiden Rodrigo Duterte telah meminta dialog damai dengan Moro National Liberation Front dan Moro Islamic Liberation Front. Semenjak saat itu, kedua kubu melakukan genjatan senjata.
Namun, kelompok partisan macam Maute dan Abu Sayyaf tidak termasuk yang tunduk pada gencatan senjata dan mereka tidak dirangkul dalam proses dialog damai.