Liputan6.com, Jakarta - Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut satelit mendeteksi 50 titik panas di Sumatera, dengan tingkat kepercayaan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) lebih dari 50 persen.
"Tadi pagi terdeteksi cuma enam titik panas, tapi sore ini jadi 50 titik tersebar pada lima provinsi di Sumatera," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pekanbaru Slamet Riyadi seperti dilansir Antara, Minggu (28/9/2016).
Advertisement
Slamet menjelaskan, temuan ini setelah melihat sebaran titik panas di Pulau Sumatera berdasarkan rilis Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), dari pantauan sensor modis citra satelit milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yakni Aqua dan Terra.
Lima provinsi tersebut, lanjut Slamet, yakni Riau. Wilayah ini masih menjadi lokasi dengan kosentrasi titik panas paling banyak, yakni sekitar 73 persen atau berjumlah 36 titik dari total di Sumatera.
"Disusul dengan wilayah di Sumatera Selatan terpantau enam titik, Bengkulu dan Jambi sama-sama memberi sumbangan tiga titik, serta Sumatera Barat dua titik," sambung dia.
Slamet merinci, 36 titik panas di Riau tersebar di delapan kabupaten, yakni Rokan Hilir. Wilayah ini masih menjadi titik pusat karena terdeteksi 25 titik dan Indragiri Hulu empat titik.
Kemudian Pelalawan terpantau dua titik panas, Bengkalis, Rokan Hulu, Kampar, Kepulauan Meranti dan Indragiri Hilir masing-masing satu titik panas.
Slamet mengatakan, ada lima daerah terdeteksi satelit dengan jumlah 19 titik, dari jumlah total titik panas di Riau. Titik tersebut merupakan titik api karena memiliki tingkat kepercayaan lebih dari 70 persen.
"Ke-19 titik api itu tersebar di Rokan Hilir 15 titik, Bengkalis, Kampar, Meranti dan Indragiri Hilir sama-sama berbagi satu titik api," beber dia.
Perkuat Operasi Pemadaman
Sementara, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengatakan, pihaknya akan memperkuat operasi pemadaman karhutla di Riau. Hal ini menyusul kondisi kebakaran meluas dan asap sudah mencemari negara tetangga, Singapura.
"Penguatan di Riau akan meliputi penambahan personel, peralatan, dan helikopter," kata dia di Posko Satgas Siaga Darurat Karlahut di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Minggu.
Willem menjelaskan, meski ada penambahan personel dan peralatan, tidak serta-merta status kebaran hutan dan lahan ditingkatkan menjadi tanggap darurat.
Tetapi, kata Willem, penambahan itu karena kebutuhan yang sangat penting, mengingat arah angin bertiup dari selatan ke timur laut, sehingga mengakibatkan asap terbawa ke negeri jiran.
Menurut Willem, penambahan pasukan sekitar dua Satuan Setingkat Kompi (SSK) berasal dari Kodam I Bukit Barisan, atau sekitar 200 orang. "Tambahan dua SSK pasukan akan diperbantukan dari luar Riau," pungkas Willem.